"Tetapi aku harus pergi ke Yerusalem untuk menyampaikan penglihatan yang telah dinyatakan kepadaku dan untuk memberitakan pertobatan dan keselamatan di hadapan semua bangsa." (Kisah Para Rasul 26:23, disadur dari semangat pasal 22-25)
Simbol jejak melambangkan perjalanan dan penaburan kabar baik.
Bab-bab 22 hingga 25 dalam Kitab Kisah Para Rasul membawa kita pada puncak perjalanan apostolik Rasul Paulus. Setelah bertahun-tahun mengabarkan Injil ke berbagai penjuru dunia, Paulus kini menghadapi berbagai rintangan dan tuduhan di Yerusalem. Namun, semangatnya untuk menyebarkan kabar baik tentang Yesus Kristus tidak pernah padam, bahkan di tengah kesulitan.
Di pasal 22, kita menyaksikan Paulus memberikan pembelaan diri yang menyentuh di hadapan orang banyak di Yerusalem. Ia menceritakan kembali pengalamannya yang dramatis dalam perjalanannya ke Damaskus, di mana ia mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus yang bangkit. Kesaksian ini, meskipun disampaikan dengan penuh emosi dan kerendahan hati, justru menimbulkan kemarahan lebih besar dari sebagian pendengar Yahudi, yang berujung pada penahanan Paulus.
Selanjutnya, dalam pasal 23, persidangan Paulus berlanjut. Di hadapan Mahkamah Agama Yahudi (Sanhedrin), Paulus dengan cerdik memanfaatkan perpecahan antara kaum Farisi dan Saduki untuk mengalihkan perhatian dan mendapatkan dukungan sebagian orang. Meskipun demikian, ancaman terhadap hidupnya semakin nyata, bahkan sampai adanya rencana pembunuhan yang digagalkan. Hal ini membuat pihak Romawi memutuskan untuk memindahkannya ke Kaisarea demi keselamatannya.
Pasal 24 menampilkan Paulus di hadapan Gubernur Feliks di Kaisarea. Ia menghadapi tuduhan serius dari para pemimpin Yahudi. Namun, Paulus tidak gentar. Ia dengan jelas dan berani memaparkan keyakinannya pada Taurat dan para nabi, serta kesaksiannya tentang kebangkitan orang mati. Meskipun Feliks terkesan oleh hikmat dan perkataan Paulus, ia menunda keputusan dan menahan Paulus selama dua tahun, berharap mendapatkan uang suap.
Puncak pembelaan Paulus terjadi di pasal 25, saat ia dihadapkan pada Gubernur Festus. Sekali lagi, para pemimpin Yahudi datang dengan tuntutan mereka. Paulus, menggunakan haknya sebagai warga negara Romawi, meminta untuk diadili di hadapan Kaisar. Meskipun Festus pada awalnya ingin menyenangkan kaum Yahudi, ia akhirnya menyetujui permohonan Paulus untuk naik banding ke Roma. Momen ini juga menampilkan percakapan menarik antara Paulus, Festus, dan Raja Agripa II, di mana Paulus kembali memberikan kesaksiannya yang kuat tentang kebangkitan Kristus. Perjalanan imannya, yang dimulai dari penganiaya menjadi penginjil, terus menjadi inspirasi.
Kisah rasul dalam rentang pasal ini menunjukkan keberanian, keteguhan, dan hikmat seorang hamba Tuhan yang setia, bahkan ketika menghadapi penolakan, penganiayaan, dan ancaman. Perjalanan Paulus, yang penuh dengan pengajaran, pembelaan, dan kesaksian, terus bergema hingga kini, mengingatkan kita akan pentingnya iman yang teguh dan kasih yang tak terhingga kepada Kristus, terlepas dari kondisi apa pun. Kisah ini adalah bukti kekuatan Injil yang mampu mengubah hidup dan menembus berbagai lapisan masyarakat.