"dan aku jatuh ke tanah dan mendengar suatu suara berkata kepadaku: Saul, Saul, mengapa engkau menganiaya Aku?"
Ayat dari Kisah Para Rasul 22:7 ini merekam momen krusial dalam kehidupan Saulus dari Tarsus, yang kemudian dikenal sebagai Rasul Paulus. Peristiwa ini bukan sekadar sebuah kejadian biasa, melainkan sebuah perjumpaan ilahi yang secara dramatis mengubah arah hidupnya dan memberikan dampak luar biasa bagi penyebaran Injil di dunia. Saulus, pada saat itu, adalah seorang Farisi yang taat, namun dengan semangat yang membara, ia menganiaya para pengikut Yesus dengan gigih. Ia percaya bahwa ia sedang melakukan kehendak Allah dengan menghancurkan gerakan Kristen yang baru lahir ini.
Saat Saulus sedang dalam perjalanan menuju Damsyik, dengan tujuan untuk menangkap dan memenjarakan lebih banyak pengikut Yesus, sesuatu yang luar biasa terjadi. Tiba-tiba, sebuah cahaya terang dari langit menyinari dia, lebih terang dari matahari. Cahaya ini begitu kuat sehingga ia jatuh tersungkur ke tanah. Dalam keterkejutannya dan dalam keadaan membuta karena cahaya tersebut, ia mendengar sebuah suara yang memanggil namanya: "Saul, Saul, mengapa engkau menganiaya Aku?" Suara itu memiliki otoritas yang tak terbantahkan dan dipenuhi dengan kebaikan serta kepedihan.
Ilustrasi simbolis dari cahaya ilahi dan perubahan arah.
Pertanyaan "mengapa engkau menganiaya Aku?" adalah inti dari pengalaman Saulus. Ini adalah momen pencerahan yang membedah motivasinya dan menunjukkan kepadanya kebenaran yang selama ini ia lewatkan. Ia menganiaya orang-orang yang percaya kepada Yesus, tetapi suara itu mengklarifikasi bahwa dalam menganiaya para pengikut Kristus, ia sebenarnya menganiaya Kristus sendiri. Pernyataan ini menunjukkan kesatuan yang mendalam antara Yesus dengan umat-Nya. Bagi Saulus, ini adalah tamparan keras yang membangunkannya dari kesalahannya.
Perjumpaan di jalan menuju Damsyik menandai awal dari transformasi yang radikal. Saulus, yang tadinya seorang penganiaya, bangkit menjadi salah satu rasul yang paling berpengaruh dalam sejarah gereja. Pengalaman ini bukan hanya mengubah keyakinannya, tetapi juga misinya. Ia mulai mengerti bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, Anak Allah, dan bahwa pelayanannya adalah untuk memberitakan kabar baik-Nya kepada segala bangsa. Kisah ini mengajarkan kita tentang kuasa penebusan Allah yang mampu mengubah orang yang paling keras hati sekalipun menjadi alat-Nya yang berguna. Ini adalah bukti bahwa tidak ada seorang pun yang berada di luar jangkauan kasih dan kebenaran-Nya.