A17

Kisah Rasul 24:17 - Persembahan Bagi Bangsa

"Setelah beberapa tahun saya datang kembali untuk membawa sumbangan kepada bangsa saya dan untuk mempersembahkan korban." (Kisah Para Rasul 24:17)

Ayat dari Kisah Para Rasul 24:17 ini membawa kita pada sebuah momen penting dalam perjalanan pelayanan Rasul Paulus. Di hadapan prokonsul Feliks, Paulus memberikan pembelaan diri yang tak hanya mengungkapkan kebenaran imannya, tetapi juga menyoroti motivasi terdalam dari tindakan-tindakannya. Kalimat "Setelah beberapa tahun saya datang kembali untuk membawa sumbangan kepada bangsa saya dan untuk mempersembahkan korban" bukanlah sekadar pengakuan, melainkan sebuah pernyataan tentang kesetiaan dan kepedulian yang mendalam.

Paulus, yang telah melakukan perjalanan misionaris yang luas dan menghadapi banyak tantangan, tidak pernah melupakan akar dan identitasnya sebagai seorang Yahudi. Kunjungan yang ia lakukan ke Yerusalem ini didorong oleh dua tujuan mulia: memberikan "sumbangan" kepada bangsanya dan mempersembahkan "korban". Sumbangan di sini dapat diartikan sebagai pemberian amal, bantuan, atau persembahan kasih kepada jemaat di Yerusalem yang mungkin sedang mengalami kesulitan. Ini mencerminkan semangat kemurahan hati dan kepedulian sosial yang diajarkan dalam Kristus, yang mengajarkan untuk saling mengasihi dan memperhatikan sesama.

Lebih dari itu, "mempersembahkan korban" menunjukkan penghormatan Paulus terhadap ibadah dan tradisi Yahudi, meskipun ia telah menganut iman Kristen. Ini adalah bukti bahwa ia melihat iman Kristen bukan sebagai penolakan total terhadap Taurat dan tradisi nenek moyangnya, melainkan sebagai pemenuhan dari janji-janji Allah. Persembahan korban adalah bagian integral dari ibadah dalam Bait Allah di Yerusalem pada masa itu, dan keinginan Paulus untuk berpartisipasi di dalamnya menunjukkan kerinduan untuk terus menjaga hubungan baik dengan kaumnya, sembari membawa pesan Injil.

Dalam konteks persidangan yang mencekam, di mana ia dituduh melakukan pelanggaran dan agitasi, pengakuan Paulus ini menjadi senjata ampuh. Ia tidak datang untuk menghancurkan, tetapi untuk membangun dan memberi. Ia datang dengan niat baik, membawa harapan dan berkat bagi bangsanya sendiri. Ini adalah kesaksian tentang integritas dan ketulusan hatinya. Paulus ingin menunjukkan bahwa tujuannya adalah untuk kebaikan, bukan untuk keburukan.

Perkataan ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya keseimbangan antara panggilan ilahi dan tanggung jawab sosial serta kultural. Bagi Paulus, membawa kabar baik tentang Yesus Kristus tidak berarti ia harus meninggalkan identitasnya atau mengabaikan kebutuhan praktis orang-orang sebangsanya. Sebaliknya, iman yang sejati seharusnya termanifestasi dalam tindakan nyata yang membawa kebaikan dan berkat bagi lingkungan sekitar. Kisah Rasul 24:17 adalah pengingat yang kuat bahwa pelayanan kita kepada Tuhan sering kali berjalan seiring dengan pelayanan kita kepada sesama, terutama mereka yang terdekat dengan kita.

Kisah ini menginspirasi kita untuk merenungkan motivasi di balik tindakan kita. Apakah kita datang dengan niat untuk memberi, membangun, dan mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan dan sesama? Apakah kita mampu menyeimbangkan panggilan rohani dengan kepedulian terhadap kebutuhan konkret di sekitar kita? Seperti Paulus, mari kita jadikan hidup kita sebagai persembahan yang hidup dan berkenan di hadapan Tuhan, yang diwujudkan melalui kasih dan kontribusi nyata bagi bangsa dan sesama.