"kecuali karena satu suara ini, yang aku serukan waktu aku berdiri di tengah-tengah mereka: yaitu tentang kebangkitan orang mati, yang aku dihadapkan untuk itu pada hari ini." (Kisah Para Rasul 24:21)
Ayat ini berasal dari Kitab Kisah Para Rasul, pasal 24, ayat 21, dan memuat kesaksian penting dari Rasul Paulus saat ia diadili di hadapan gubernur Feliks. Dalam situasi yang penuh tekanan dan tuduhan palsu, Paulus dengan tegas menyatakan akar permasalahannya yang sebenarnya: keyakinan mendalamnya akan kebangkitan orang mati. Ini bukan sekadar poin doktrinal, melainkan inti dari pewartaan Injil yang ia emban, yang seringkali menimbulkan gejolak dan oposisi dari pihak-pihak yang menolaknya.
Peristiwa ini terjadi pada masa ketika Paulus sedang menghadapi pengadilan yang penuh dengan intrik politik dan tuduhan agama. Ia ditangkap di Yerusalem dan dibawa ke Kaisarea untuk diadili di hadapan Gubernur Romawi, Antonius Feliks, dan istrinya, Drusila. Selama persidangan, para penuduh, yang dipimpin oleh seorang orator bernama Tertulus, mencoba membangkitkan kebencian terhadap Paulus, menuduhnya sebagai perusak perdamaian dan pemimpin sekte Nazaret.
Namun, Paulus tidak gentar. Ia menggunakan kesempatannya untuk membela diri dengan penuh keberanian dan kebijaksanaan. Ia menjelaskan bahwa tuduhan-tuduhan tersebut tidak berdasar dan bahwa kepercayaannya adalah kelanjutan dari tradisi agama Yahudi yang dihormati. Poin krusial dalam pembelaannya adalah keyakinan pada kebangkitan orang mati. Bagi Paulus dan orang-orang Kristen lainnya, kebangkitan Yesus Kristus adalah bukti utama dari kebenaran Injil dan harapan akan kehidupan kekal. Kebangkitan ini menjadi dasar dari seluruh iman Kristen, yang membedakan mereka dari banyak pandangan agama lainnya pada masa itu.
Penekanan Paulus pada kebangkitan orang mati bukanlah suatu doktrin baru yang asing, melainkan sesuatu yang seharusnya dipahami oleh orang Yahudi, terutama kaum Farisi yang percaya pada kebangkitan. Namun, bagi banyak orang Yahudi pada masa itu, terutama kaum Saduki yang tidak percaya pada kebangkitan, konsep ini sangat kontroversial dan bahkan dianggap sesat. Kebangkitan adalah janji Allah yang penuh harapan, tetapi juga menjadi sumber perpecahan dan konflik. Paulus menyadari hal ini, dan dengan menyatakan kebangkitan sebagai inti dari persoalan, ia secara efektif menyoroti perbedaan fundamental antara ajaran yang ia bawa dan pandangan dunia mereka.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita. Pertama, tentang pentingnya memiliki keyakinan yang kokoh pada kebenaran iman kita, bahkan di hadapan penentangan dan kesulitan. Paulus tidak mengubah pesannya demi meredakan ketegangan, melainkan meneguhkan apa yang ia yakini. Kedua, ayat ini mengingatkan kita akan aspek penghakiman yang inheren dalam kebangkitan. Keyakinan akan kebangkitan menyiratkan adanya pertanggungjawaban di hadapan Allah, di mana setiap orang akan diadili berdasarkan perbuatannya. Bagi Paulus, ini adalah pengingat akan pengharapan akhir dan keadilan ilahi. Dengan menyoroti kebangkitan, Paulus secara halus mengingatkan para pendengarnya akan tanggung jawab mereka di hadapan Tuhan yang membangkitkan orang mati, termasuk diri-Nya sendiri.
Kisah Rasul 24:21 lebih dari sekadar catatan sejarah pengadilan Paulus; ini adalah deklarasi iman yang berapi-api, sebuah pengingat akan inti dari pesan Kristen yang berfokus pada kemenangan Kristus atas kematian dan janji kehidupan baru bagi semua yang percaya. Ini adalah inti dari kesaksian Paulus yang terus bergema, menginspirasi dan menantang kita hingga hari ini.