Kisah Rasul 25:22

Berkatalah Agripa kepada Festus: "Aku juga ingin mendengar orang itu." Jawab Festus: "Besok ia boleh kaun dengar."

Perkara Paulus di Hadapan Agripa

Kisah Para Rasul pasal 25 mencatat momen penting dalam perjalanan pelayanan Paulus. Setelah dinyatakan tidak bersalah oleh gubernur Festus, Paulus, yang seharusnya dibebaskan, malah mengajukan banding kepada Kaisar. Permohonan ini mengharuskan Paulus dibawa ke Roma. Namun, sebelum rencana itu terwujud, raja Agripa II dan permaisurinya, Bernike, datang mengunjungi Festus di Kaisarea.

Kehadiran bangsawan ini menjadi kesempatan emas bagi Festus untuk meminta nasihat mengenai masalah Paulus. Festus merasa bingung karena ia tidak tahu bagaimana harus menulis surat kepada Kaisar tentang tuduhan-tuduhan yang diajukan terhadap Paulus. Ia mengakui bahwa tuduhan itu lebih bersifat perselisihan mengenai keagamaan mereka sendiri daripada pelanggaran hukum Romawi yang serius. Di sinilah percakapan antara Festus dan Agripa yang menghasilkan ayat 25:22 terjadi.

Pertemuan dengan Raja Agripa

Ayat 25:22 berbunyi, "Berkatalah Agripa kepada Festus: 'Aku juga ingin mendengar orang itu.' Jawab Festus: 'Besok ia boleh kaun dengar.'" Kata-kata ini menunjukkan rasa ingin tahu Raja Agripa yang besar terhadap sosok Paulus dan pengajarannya. Agripa, sebagai seorang raja Yahudi yang memiliki pengetahuan tentang hukum Taurat dan tradisi Yahudi, mungkin merasa tertarik untuk mendengar langsung dari Paulus, yang dikenal sebagai pengkhotbah yang gigih.

Festus, yang ingin menunjukkan rasa hormatnya kepada Agripa dan juga mencari cara untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kasus ini, menyetujui permintaan Agripa. Keputusan ini mengarah pada sidang yang kemudian diselenggarakan di hadapan Agripa, Bernike, Festus, dan para pejabat penting lainnya. Ini adalah momen di mana Paulus mendapatkan kesempatan untuk memberikan kesaksiannya di hadapan audiens yang berkuasa.

Kesaksian Paulus

Pada hari berikutnya, Agripa dan Bernike datang dengan kemegahan dan duduk di tempat sidang bersama para kepala pasukan dan orang-orang terkemuka di kota itu. Setelah Paulus dibawa masuk, Festus membuka sidang dengan menjelaskan situasi dan alasan mengapa Paulus dihadapkan kepadanya, terutama karena tuduhan yang diajukan oleh orang Yahudi. Kemudian, atas permintaan Agripa, Paulus diizinkan untuk berbicara membela dirinya.

Paulus kemudian memberikan kesaksian yang sangat kuat dan personal tentang kehidupannya sebelum dan sesudah pertobatannya. Ia berbicara tentang masa lalunya sebagai seorang Farisi yang taat, penganiaya jemaat, dan kemudian bagaimana ia mengalami perjumpaan dengan Yesus Kristus dalam perjalanan ke Damsyik. Kesaksiannya bukan hanya tentang keyakinannya, tetapi juga tentang harapan akan kebangkitan orang mati, sebuah doktrin yang juga dipegang oleh sebagian orang Yahudi, meskipun diperdebatkan oleh kaum Saduki. Kisah ini menegaskan keberanian Paulus dalam menyampaikan Injil, bahkan di hadapan otoritas tertinggi.