Kisah Rasul 25:23

"Lalu keesokan harinya Agripa dan Bernike datang diiringi dengan sangat megah dan masuk ke ruang pendengaran bersama dengan para kepala dan orang-orang yang terkemuka dari kota. Atas perintah Festus, Paus dibawa masuk."

Simbol Surat Injil Simbol sederhana yang menyerupai gulungan kitab terbuka, melambangkan pewartaan Injil.

Bab 25 dari Kitab Kisah Para Rasul menggambarkan babak penting dalam perjalanan dan pelayanan Rasul Paulus. Setelah mengajukan banding kepada Kaisar Romawi, Paulus berada dalam tahanan di Kaisarea. Kesempatan untuk menyampaikan pembelaannya akhirnya tiba ketika Raja Agripa II dan saudarinya, Bernike, mengunjungi prokonsul Romawi Festus di Yudea. Kunjungan ini menjadi latar belakang untuk salah satu pidato Paulus yang paling berpengaruh, yang tercatat dalam Kisah Rasul pasal 25 dan 26.

Ayat pembuka pasal 25:23 dengan gamblang menggambarkan kemegahan dan otoritas yang menyertai kedatangan Agripa dan Bernike. Gambaran "datang diiringi dengan sangat megah" menegaskan status tinggi mereka di mata masyarakat Romawi dan Yahudi. Kehadiran para "kepala dan orang-orang yang terkemuka dari kota" menunjukkan bahwa peristiwa ini bukan sekadar kunjungan resmi, melainkan sebuah acara yang dinanti-nantikan dan dihadiri oleh kalangan elit. Situasi ini diciptakan untuk mengesankan, sekaligus juga untuk memberikan "panggung" yang prestisius bagi Festus untuk menunjukkan kebijaksanaannya dalam menangani kasus yang rumit, yaitu kasus Paulus.

Penulis Kitab Kisah Para Rasul, Lukas, dengan cermat menggambarkan suasana dramatis ketika Paulus, yang sebelumnya hanya seorang tahanan, kini "dibawa masuk" ke dalam ruang pendengaran. Ini bukan hanya tentang pemindahan fisik, tetapi juga tentang pergeseran fokus. Semua mata kini tertuju pada pria yang dituduh melakukan berbagai pelanggaran hukum Romawi dan dianggap sebagai ancaman bagi ketertiban di Yerusalem. Paulus, yang seringkali menghadapi perlawanan dan kebencian, kini berada di hadapan penguasa tertinggi wilayah tersebut, didampingi oleh seorang raja yang secara pribadi memiliki ketertarikan pada masalah-masalah keagamaan kaum Yahudi.

Kisah Rasul 25:23 berfungsi sebagai pintu gerbang menuju pertemuan yang sangat penting ini. Ini bukan sekadar laporan peristiwa, tetapi penyiapan panggung untuk kesempatan yang luar biasa. Bagi Paulus, ini adalah kesempatan yang diberikan oleh Providence ilahi untuk bersaksi tentang Yesus Kristus dan kebangkitan-Nya di hadapan orang-orang yang memiliki kekuasaan dan pengaruh besar. Bagi raja Agripa, ini adalah kesempatan untuk menguji klaim-klaim agama yang sedang berkembang dan mungkin untuk memahami lebih dalam tentang gerakan yang dipimpin oleh Yesus dari Nazaret. Kisah ini menunjukkan bagaimana Tuhan dapat menggunakan situasi yang paling sulit sekalipun, bahkan penangkapan dan penahanan, untuk memajukan Injil dan memberikan kesaksian yang kuat.

Dalam konteks yang lebih luas dari Kisah Para Rasul, babak ini menekankan tentang ketahanan iman Paulus dan kemampuannya untuk tetap setia pada panggilannya di bawah tekanan ekstrem. Meskipun dijebloskan ke dalam penjara, ia tidak pernah kehilangan kesempatannya untuk berbicara tentang kebenaran yang ia pegang. Peristiwa yang digambarkan dalam Kisah Rasul 25:23 ini adalah bukti bahwa bahkan di lingkungan yang paling formal dan penuh dengan intrik politik, kesaksian tentang Kristus tetap menjadi inti dari pelayanan Paulus.