Kisah Rasul 26:24 - Paulus dan Kesaksiannya

"Waktu Paulus mengatakan semuanya itu untuk membela diri, berkatalah Festus dengan suara keras: 'Hai Paulus, kamu sinting! Banyak ilmumu membuat kamu sinting.'"

Simbol Kebijaksanaan dan Kitab Suci

Kisah para rasul pasal 26 mencatat sebuah momen krusial dalam perjalanan pelayanan Rasul Paulus. Di hadapan Raja Agripa, Ratu Berenike, dan pejabat Romawi Festus, Paulus diberikan kesempatan emas untuk memberikan pembelaan diri atas tuduhan yang diarahkan kepadanya. Ini adalah kesempatan untuk menjelaskan imannya, pengalamannya yang transformatif, dan dasar dari Injil yang ia sebarkan dengan begitu gigih. Dengan penuh keberanian dan hikmat, Paulus mulai menceritakan kisahnya, mulai dari masa lalunya sebagai penganiaya jemaat Kristen, hingga pertemuannya yang luar biasa dengan Yesus Kristus dalam perjalanan ke Damaskus.

Paulus menjelaskan bagaimana pengalaman di jalan menuju Damaskus itu telah mengubah hidupnya secara radikal. Cahaya yang menyilaukan dan suara Yesus yang berbicara kepadanya tidak hanya membuatnya buta sementara, tetapi juga membuka matanya terhadap kebenaran yang sebelumnya ia tolak. Ia berbicara tentang panggilan ilahi yang diterimanya untuk menjadi rasul bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, membawa kabar baik tentang keselamatan melalui Yesus Kristus. Pembelaannya penuh dengan penjelasan teologis yang mendalam, merujuk pada nubuatan-nubuatan dalam Perjanjian Lama yang kini ia yakini telah digenapi dalam diri Yesus. Ia menunjukkan bagaimana imannya bukanlah ajaran baru yang aneh, melainkan kelanjutan dan penggenapan dari janji-janji Allah kepada umat-Nya.

Namun, di tengah narasi Paulus yang penuh semangat dan keyakinan, reaksi yang muncul sungguh kontras. Ketika Paulus mengutip perkataan Yesus, "Sulit bagimu menendang kaki ke ganjal," ia menunjukkan bahwa penolakan terhadap kebenaran ilahi hanya akan membawa kerugian. Perkataan ini, yang diucapkan oleh Yesus sendiri, merupakan inti dari pesan Paulus. Tetapi, bagi sebagian pendengarnya, terutama bagi Festus, apa yang diucapkan Paulus terdengar seperti omongan orang gila.

Ayat 24 dari pasal 26 ini menggambarkan momen ketika Gubernur Festus tidak mampu lagi menahan diri. Ia berseru dengan suara keras, menginterupsi Paulus dengan tuduhan bahwa "Hai Paulus, kamu sinting! Banyak ilmumu membuat kamu sinting." Pernyataan Festus ini mencerminkan ketidakpahaman dan skeptisisme duniawi terhadap kesaksian spiritual yang mendalam. Bagi seorang administrator Romawi seperti Festus, yang terbiasa dengan urusan politik dan hukum, pembicaraan tentang pengalaman ilahi, kebangkitan, dan panggilan ilahi Paulus mungkin tampak tidak masuk akal, bahkan sebagai tanda kegilaan. Ia tidak bisa mengaitkan pengetahuan dan kecerdasan Paulus yang terkenal dengan keyakinan yang begitu kuat terhadap sesuatu yang baginya tidak dapat dibuktikan secara rasional.

Reaksi Festus ini bukanlah yang pertama kalinya dihadapi Paulus. Di banyak tempat, Injil yang ia bawa seringkali dianggap sebagai kebodohan oleh mereka yang berakal budi atau sebagai batu sandungan bagi mereka yang menolaknya. Namun, bagi Paulus, pengalaman perjumpaannya dengan Kristus adalah kebenaran yang tak terbantahkan, dan kesaksian tentang itu adalah tugas sucinya. Meskipun menghadapi ejekan dan tuduhan kegilaan, Paulus tidak gentar. Ia terus berbicara tentang harapan yang ada padanya, sebuah harapan yang berakar pada kebangkitan Kristus, yang menjadi bukti kemenangan Allah atas dosa dan maut. Kisah rasul 26:24 ini mengingatkan kita bahwa kebenaran spiritual seringkali membutuhkan lebih dari sekadar logika duniawi untuk dipahami, dan bahwa kesaksian iman bisa saja dianggap aneh oleh mereka yang belum mengalami kuasa transformasi yang sama.