"Untuk harapan inilah nenek moyang kami yang dua belas suku, malam dan siang dengan tekun beribadah kepada-Mu, yang kami harap akan tercapai juga."
Ayat ketujuh dari pasal kedua puluh enam Kitab Kisah Para Rasul memuat kesaksian Paulus di hadapan Raja Agripa. Dalam pidatonya yang menyentuh, Rasul Paulus tidak hanya membela dirinya, tetapi juga menjelaskan dasar imannya. Ia mengaitkan harapan yang dipegangnya teguh dengan tradisi leluhurnya, yaitu kedua belas suku Israel. Kalimat "Untuk harapan inilah nenek moyang kami yang dua belas suku, malam dan siang dengan tekun beribadah kepada-Mu, yang kami harap akan tercapai juga" merangkum esensi dari iman Yahudi yang berakar kuat pada janji Allah.
Paulus menekankan bahwa kebangkitan Yesus Kristus bukanlah ajaran baru yang asing, melainkan genapnya janji Allah yang telah dinubuatkan sejak lama. Harapan para leluhur Yahudi, yang terus menerus mereka panjatkan dalam doa dan ibadah siang dan malam, adalah penantian akan kedatangan Mesias dan pemulihan kerajaan Allah. Paulus dengan tegas menyatakan bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias yang dijanjikan itu. Ia adalah penggenapan dari segala harapan yang telah diperjuangkan oleh para nabi dan orang-orang saleh di masa lalu.
Kisah Rasul pasal 26 mencatat momen krusial di mana Paulus diberi kesempatan untuk membela diri dari tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepadanya. Ia memanfaatkan kesempatan ini untuk bersaksi tentang pengalamannya yang luar biasa: pertemuannya dengan Yesus di jalan menuju Damaskus. Penekanan Paulus pada harapan leluhur ini menunjukkan bahwa perjalanannya bukan penyimpangan dari tradisi Yahudi, melainkan justru kesetiaan yang paling murni terhadap ajaran-ajaran nenek moyangnya yang tertulis dalam Kitab Suci.
Nenek moyang Israel, seperti yang disebut Paulus, telah menantikan kedatangan Sang Juruselamat dengan penuh kerinduan. Mereka mencurahkan segenap hati dan jiwa dalam ibadah, memohon agar janji Allah digenapi. Harapan ini menjadi jangkar spiritual mereka, memberikan kekuatan di tengah berbagai tantangan dan penindasan. Paulus menegaskan bahwa dirinya dan orang Kristen lainnya memelihara harapan yang sama persis. Kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus adalah bukti nyata bahwa harapan itu kini terwujud. Kebangkitan Kristus adalah inti dari iman Kristen, yang menjanjikan kehidupan kekal bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Pidato Paulus ini bukan hanya tentang masa lalu dan masa kini, tetapi juga tentang masa depan. Harapan yang tercapai dalam kebangkitan Kristus membuka jalan bagi masa depan yang baru, sebuah kerajaan yang tidak dapat digoyahkan, dan pemulihan segala sesuatu. Kesaksian Paulus mengingatkan kita bahwa iman yang sejati selalu berakar pada janji-janji ilahi dan memiliki harapan yang kuat dalam Kristus, yang memberikan makna mendalam bagi kehidupan dan perjuangan kita sehari-hari.