Kisah Rasul 27:25
Ayat ini, yang diucapkan oleh Rasul Paulus saat kapalnya terombang-ambing dalam badai di Laut Adriatik, adalah sebuah pernyataan iman yang luar biasa di tengah keputusasaan. Perjalanan laut yang seharusnya membawa Paulus ke Roma untuk menghadapi pengadilannya, berubah menjadi perjuangan melawan alam yang dahsyat. Seluruh awak kapal dan penumpang, termasuk Paulus, berada dalam ancaman maut. Keadaan begitu mengerikan sehingga para awak kapal kehilangan harapan untuk selamat.
Di saat genting inilah, Paulus bangkit berdiri. Ia tidak tenggelam dalam ketakutan atau menyalahkan keadaan. Sebaliknya, ia memberikan kekuatan dan penghiburan kepada orang lain. "Sebab itu, Tuan-tuan, tabahkanlah hatimu," serunya, sebuah panggilan untuk tidak menyerah pada kepanikan. Kata-kata ini bukan sekadar motivasi kosong, melainkan bersumber dari keyakinan yang mendalam.
Inti dari kekuatan Paulus terletak pada frasa terakhirnya: "...karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya akan terjadi seperti yang dinyatakan kepadaku." Keyakinan ini bukanlah berdasarkan perhitungan logis atau pengalaman sebelumnya tentang cuaca badai. Ini adalah iman yang berakar pada hubungan pribadi dengan Allah dan pengetahuan akan janji-Nya. Paulus telah menerima sebuah nubuat ilahi sebelumnya bahwa jiwanya akan diselamatkan, dan semua orang yang ada di kapalnya akan diselamatkan bersamanya (Kisah Para Rasul 27:22, 24).
Kisah Rasul 27:25 mengajarkan kita beberapa pelajaran berharga tentang iman dan ketahanan. Pertama, dalam kesulitan terbesar sekalipun, harapan bisa ditemukan dalam firman dan janji Tuhan. Paulus mengingatkan para penumpangnya tentang wahyu yang diterimanya, menunjukkan bahwa bahkan dalam situasi yang tampak mustahil, rencana Allah tetap berlaku. Kedua, iman yang sejati adalah iman yang aktif. Paulus tidak hanya berdoa atau berharap, tetapi ia juga mengambil inisiatif untuk menenangkan dan menguatkan orang lain. Imannya memberinya keberanian untuk berbicara dengan otoritas dan keyakinan.
Peristiwa ini juga menyoroti bagaimana iman satu orang dapat memengaruhi keselamatan banyak orang. Meskipun Paulus adalah seorang tawanan, Allah menggunakan dia sebagai saluran keselamatan bagi seluruh kapal. Ini menunjukkan bahwa ketika kita berpegang teguh pada iman kita, bahkan di tengah badai kehidupan, kita bisa menjadi terang dan harapan bagi orang-orang di sekitar kita. Kepercayaan Paulus kepada Allah bukan hanya tentang kelangsungan hidup fisiknya, tetapi juga tentang menjaga integritasnya sebagai hamba Tuhan, meskipun dalam kondisi yang paling rentan.
Pada akhirnya, kisah ini adalah kesaksian tentang kekuatan iman di hadapan kesulitan yang tak terbayangkan. Percaya kepada Allah, bahkan ketika segala sesuatu tampak suram, adalah kunci untuk menemukan kedamaian dan ketabahan. Seperti Paulus, kita dipanggil untuk mempercayai bahwa Allah memiliki kendali atas badai kehidupan kita dan bahwa janji-Nya akan selalu tergenapi.