"Dan sesudah itu ia memanggil seorang perwira, katanya: "Satukanlah orang-orang ini ke dalam kapal." (Kisah Para Rasul 27:43)
"Setelah kami tiba di Roma, Paulus diizinkan tinggal di rumahnya sendiri dengan seorang prajurit yang menjaganya." (Kisah Para Rasul 28:16)
Kisah Para Rasul pasal 27 dan 28 membawa kita pada bagian akhir perjalanan hidup Rasul Paulus yang mendebarkan. Setelah mengajukan banding kepada Kaisar, Paulus terpaksa dibawa ke Roma untuk diadili. Namun, perjalanannya tidaklah mudah. Ia harus menempuh pelayaran laut yang penuh bahaya, menghadapi badai hebat, dan bahkan terdampar di sebuah pulau.
Pasal 27 merinci dengan sangat akurat mengenai perjalanan laut yang mereka alami. Paulus, bersama Lukas dan para tawanan lainnya, naik kapal di Kaisarea. Mereka berlayar menuju Adramitium. Namun, situasi segera menjadi genting ketika mereka mencapai Myra, sebuah kota di Likia. Angin yang tidak bersahabat memaksa mereka harus berjuang keras melawan ombak dan badai. Selama berhari-hari, mereka terus dihantam oleh angin timur yang ganas. Keadaan semakin memburuk hingga perbekalan makanan hampir habis dan harapan untuk selamat semakin menipis.
Di tengah keputusasaan, Paulus memberanikan diri berbicara kepada para awak kapal dan para penumpang lainnya. Ia mengingatkan mereka akan peringatan yang pernah ia sampaikan sebelumnya, bahwa perjalanan ini akan disertai kerugian dan banyak kesedihan, bahkan untuk kapal dan muatannya, serta nyawa mereka. Namun, ia juga memberikan harapan, karena malaikat Tuhan telah menampakkan diri kepadanya dan memberitahukan bahwa tidak ada seorang pun yang akan kehilangan nyawanya, meskipun kapal itu akan hancur. Paulus menekankan pentingnya tetap tinggal di kapal.
Kisah ini menunjukkan ketabahan dan imannya yang teguh di tengah situasi yang paling mengerikan. Paulus tidak hanya menunjukkan kepemimpinan spiritualnya tetapi juga kebijaksanaannya dalam menghadapi ancaman fisik. Para pelaut dan tentara, yang awalnya tidak terlalu memperhatikan Paulus, akhirnya bergantung pada nasihat dan imannya.
Badai terus mengamuk, dan setelah berhari-hari terombang-ambing di Laut Adriatik, kapal itu akhirnya kandas di dekat pulau Malta. Semua orang berhasil mencapai daratan dengan selamat, seperti yang telah dinubuatkan oleh Paulus. Mereka terdampar di pulau yang kemudian dikenal sebagai Malta.
Pasal 28 melanjutkan kisah mereka di pulau Malta. Penduduk pulau itu menunjukkan kebaikan hati yang luar biasa kepada mereka yang terdampar, menyalakan api unggun dan menyambut mereka. Paulus, seperti biasa, tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memberitakan Injil. Ia bahkan menunjukkan tanda-tanda ajaib, seperti menyembuhkan ayah Publius, pejabat pulau itu, dari demam dan disentri, serta menyembuhkan banyak orang lain.
Setelah beberapa bulan terdampar di Malta, mereka akhirnya berhasil mendapatkan kapal lain dan melanjutkan perjalanan mereka ke Roma. Setibanya di Roma, Paulus disambut oleh saudara-saudara seiman. Meskipun ia masih ditahan dalam penjagaan, ia diberi kebebasan untuk tinggal di rumah sewaan dan menerima siapa pun yang ingin mengunjunginya. Ini adalah momen yang sangat penting, karena di Roma, Paulus dapat terus melayani dan memberitakan Kerajaan Allah kepada para pemimpin Yahudi dan juga kepada orang-orang Romawi.
Kisah Rasul 27 dan 28 bukan sekadar catatan perjalanan laut yang berbahaya, tetapi merupakan bukti nyata dari kesetiaan Allah terhadap hamba-Nya, bahkan dalam keadaan yang paling tidak terduga. Ini juga menunjukkan bagaimana Allah dapat menggunakan kesulitan dan tantangan untuk memajukan tujuan-Nya, membawa Injil ke tempat-tempat baru dan menguatkan iman orang percaya.