"Dan setelah kami berlayar melewati Kilikia dan Pamfilia, kami tiba di Mira, sebuah kota di Likia."
Ayat kelima dari pasal kedua puluh tujuh dalam Kitab Kisah Para Rasul ini membuka lembaran baru dalam kisah perjalanan Rasul Paulus menuju Roma. Setelah melalui berbagai cobaan dan persiapan, tiba saatnya bagi Paulus, bersama dengan narapidana lain dan para prajurit Romawi yang mengawalnya, untuk memulai pelayaran epik mereka. Perjalanan ini bukan sekadar perpindahan geografis, melainkan sebuah episode penting dalam penyebaran Injil ke seluruh penjuru dunia yang dikenal pada masa itu.
Kutipan ini secara spesifik menyebutkan beberapa lokasi geografis yang dilalui oleh kapal mereka: Kilikia dan Pamfilia, sebelum akhirnya berlabuh di Mira, sebuah kota penting di wilayah Likia. Wilayah-wilayah ini terletak di pesisir selatan Asia Kecil (sekarang Turki). Kilikia, tanah kelahiran Paulus, dan Pamfilia adalah daerah yang sudah cukup dikenalnya. Namun, pelayaran ini membawa mereka lebih jauh ke barat, menuju pusat perdagangan dan pelabuhan strategis di Mira, Likia.
Penting untuk memahami konteks di balik perjalanan ini. Paulus telah mengajukan banding kepada Kaisar di Roma, sehingga pelayaran ini adalah bagian dari proses hukumnya. Meskipun demikian, Tuhan memiliki rencana yang lebih besar. Perjalanan ini, yang seharusnya menjadi sebuah penahanan, justru menjadi sebuah misi penginjilan. Paulus tidak pernah berhenti bersaksi tentang Yesus Kristus, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.
Keberadaan Mira sebagai titik persinggahan memberikan petunjuk tentang rute pelayaran umum pada abad pertama. Mira dikenal sebagai pelabuhan yang ramai, memungkinkan kapal-kapal untuk mengisi kembali perbekalan dan menunggu kondisi cuaca yang mendukung untuk melanjutkan perjalanan ke arah barat, menuju Italia. Para pelaut dan nakhoda kapal pada masa itu sangat bergantung pada angin dan musim untuk memastikan kelancaran pelayaran mereka.
Kisah yang mengikuti ayat ini akan membawa kita pada petualangan yang jauh lebih dramatis. Cuaca buruk dan badai akan menjadi tantangan besar yang harus dihadapi oleh Paulus dan seluruh penumpang kapal. Namun, di tengah-tengah kengerian badai, janji dan perlindungan ilahi akan tetap menyertai mereka. Peristiwa ini menunjukkan bahwa bahkan dalam situasi yang tampak tanpa harapan, kedaulatan Tuhan terus bekerja.
Kisah Rasul 27:5 ini berfungsi sebagai pengantar yang tenang sebelum badai sesungguhnya menerjang. Ini adalah pengingat bahwa setiap perjalanan, baik dalam kehidupan rohani maupun jasmani, memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Ada masa-masa damai, ada masa-masa yang penuh tantangan. Yang terpenting adalah bagaimana kita merespons setiap fase tersebut dengan iman dan ketekunan, sebagaimana dicontohkan oleh Rasul Paulus. Pelayaran menuju Roma ini kelak akan menjadi saksi bisu kekuatan iman, keberanian, dan pemeliharaan Tuhan yang luar biasa.