Kisah Rasul 3:14 - Yesus Kristus Sang Terpilih

"Tetapi kamu telah menolak Dia yang Kudus dan Yang Benar, dan meminta dibunuh seorang pembunuh bagimu." (Kisah Para Rasul 3:14)
Simbol Kristus yang Bangkit SALIB

Simbol visual Kristus yang berkorban dan bangkit.

Ayat Kisah Para Rasul 3:14 menjadi sebuah pernyataan tegas dan menyayat hati dari Rasul Petrus. Dalam konteks khotbahnya di Gerbang Indah Bait Allah, Petrus tidak hanya menceritakan kesembuhan seorang pengemis lumpuh yang terjadi melalui kuasa Yesus Kristus, tetapi juga menyoroti pilihan tragis yang dibuat oleh bangsa Israel. Kata-kata ini ditujukan kepada orang-orang yang hadir, bahkan para pemimpin agama, yang telah menolak Yesus saat Ia masih hidup di dunia.

Frasa "Dia yang Kudus dan Yang Benar" adalah deskripsi yang sangat kuat mengenai Yesus. "Kudus" mengacu pada kesucian-Nya yang sempurna, tanpa cela, terpisah dari dosa, dan identik dengan Allah sendiri. Ia adalah Anak Domba Allah yang mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa dunia. Sementara itu, "Yang Benar" menunjukkan keadilan-Nya, integritas-Nya, dan bahwa seluruh hidup-Nya sesuai dengan kehendak Allah dan hukum-Nya. Ia adalah teladan kesempurnaan moral dan kebenaran ilahi.

Namun, dengan penuh kepedihan, Petrus menyatakan bahwa pribadi yang luar biasa ini justru ditolak. Penolakan ini bukan sekadar ketidaksetujuan biasa, melainkan sebuah penolakan yang aktif dan disertai dengan permintaan. Mereka meminta agar seorang pembunuh, yaitu Barabas, dibebaskan sementara Yesus dihukum mati. Ini adalah sebuah ironi yang menyakitkan: mereka mengesampingkan yang suci dan benar demi kejahatan dan kebohongan. Ini adalah pergeseran nilai yang fatal, sebuah tragedi rohani yang besar.

Pilihan ini mencerminkan keengganan sebagian besar bangsa Israel pada masa itu untuk menerima Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan. Mereka mungkin memiliki ekspektasi yang berbeda tentang bagaimana seorang Mesias seharusnya bertindak – mungkin seorang pemimpin politik yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Yesus, dengan pesan-Nya tentang Kerajaan Allah, pengorbanan diri, dan pemuridan, tidak sesuai dengan gambaran yang mereka bayangkan. Akibatnya, mereka memilih untuk menolak-Nya, bahkan membiarkan diri mereka dihasut untuk menuntut kematian-Nya.

Kisah Para Rasul 3:14 mengingatkan kita tentang pentingnya mengenali dan menerima kebenaran ilahi ketika ia hadir. Penolakan terhadap Yesus bukan hanya masalah sejarah masa lalu, tetapi juga sebuah peringatan bagi setiap generasi. Pertanyaan yang muncul adalah: apakah kita benar-benar menerima Yesus sebagai Sang Kudus dan Yang Benar dalam hidup kita, ataukah kita, seperti mereka pada masa itu, masih terombang-ambing oleh keinginan duniawi dan prasangka kita sendiri? Penting bagi kita untuk merenungkan ayat ini, untuk memahami implikasinya, dan untuk memastikan bahwa pilihan kita selalu mengarah pada Dia yang adalah Sumber kehidupan dan kebenaran sejati.

Konteks kesembuhan pengemis lumpuh setelah itu menjadi bukti nyata kuasa Yesus yang ditolak. Petrus menggunakan peristiwa ini untuk menunjukkan bahwa kesembuhan itu datang bukan oleh kekuatan mereka sendiri, tetapi oleh iman dalam nama Yesus Kristus, yang telah dibangkitkan. Ini menunjukkan bahwa meskipun ditolak oleh manusia, Yesus tetaplah Dia yang berkuasa dan yang dipenuhi dengan kasih karunia Allah.