Kisah Rasul 4:22

Sebab orang yang disembuhkan secara ajaib ini sudah berumur lebih dari empat puluh tahun.

Kitab Kisah Para Rasul merupakan jendela yang luar biasa untuk memahami awal mula gereja Kristen dan pekerjaan luar biasa yang dilakukan oleh para rasul setelah kenaikan Yesus Kristus. Salah satu kisah yang paling menggugah dan penuh kuasa terdapat dalam pasal 4, yang menyoroti keberanian para rasul di hadapan para pemimpin agama Yahudi. Ayat 22 secara spesifik mengingatkan kita pada mukjizat penyembuhan seorang pria yang telah lumpuh seumur hidupnya, sebuah peristiwa yang menjadi bukti nyata kuasa Ilahi.

Dalam konteks Kisah Rasul pasal 3, Petrus dan Yohanes sedang pergi ke Bait Allah pada jam doa. Di gerbang yang disebut Gerbang Indah, mereka bertemu dengan seorang pria yang telah lumpuh sejak lahir. Pria ini setiap hari duduk di sana, meminta-belas kasihan dari orang-orang yang lalu lalang. Ketika Petrus melihat pria itu dan berkata, "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus dari Nazaret, bangunlah dan berjalanlah!" seketika itu juga kaki dan mata kaki orang itu menjadi kuat. Pria itu melompat, berdiri, dan mulai berjalan, lalu masuk ke Bait Allah bersama-sama dengan Petrus dan Yohanes, sambil memuji-muji Allah.

Kabar tentang mukjizat yang luar biasa ini menyebar dengan cepat. Kehebohan terjadi, dan orang banyak berbondong-bondong mendatangi Petrus dan Yohanes di serambi Salomo. Melihat kesempatan yang diberikan Tuhan, Petrus berkhotbah dengan berani kepada mereka tentang Yesus, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan bagaimana melalui iman kepada nama Yesuslah orang yang lumpuh ini dapat disembuhkan.

Namun, keajaiban dan pemberitaan Injil ini tidak luput dari perhatian para pemimpin agama, yaitu para imam kepala dan tua-tua serta ahli Taurat. Mereka merasa terancam oleh ajaran para rasul yang semakin menyebar dan oleh kuasa yang mereka tunjukkan. Akibatnya, Petrus dan Yohanes ditangkap dan dibawa ke hadapan Mahkamah Agama (Sanhedrin). Di sanalah mereka diinterogasi tentang siapa yang memberi mereka kuasa untuk melakukan mukjizat tersebut.

Menghadapi ancaman dan intimidasi, Petrus, yang dipenuhi dengan Roh Kudus, dengan tegas menjawab bahwa penyembuhan orang lumpuh itu terjadi karena kuasa dan nama Yesus Kristus, Juruselamat mereka. Inilah momen krusial yang diperkuat oleh ayat 22: "Sebab orang yang disembuhkan secara ajaib ini sudah berumur lebih dari empat puluh tahun." Pernyataan ini bukan sekadar informasi tambahan, melainkan sebuah penekanan kuat atas keabsahan mukjizat. Orang yang disembuhkan bukanlah seseorang yang sakit ringan atau baru saja terkena musibah, melainkan seseorang yang telah menderita kelumpuhan selama empat dekade lebih. Kondisi ini sudah pasti diketahui oleh banyak orang, termasuk para pemimpin agama yang hadir di Yerusalem. Penyembuhan total dan seketika atas kondisi yang telah berlangsung seumur hidup ini adalah bukti yang tak terbantahkan.

Para anggota Mahkamah Agama tidak dapat menyangkal mukjizat yang terjadi di depan mata mereka, karena pria yang disembuhkan itu berdiri bersama mereka. Mereka dipaksa untuk mengakui bahwa suatu tanda ajaib yang penting telah terjadi. Meskipun mereka tidak percaya kepada Yesus, mereka tidak dapat mengabaikan fakta bahwa orang yang lumpuh itu telah sembuh. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mengancam para rasul agar tidak berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus, tetapi Petrus dan Yohanes menjawab dengan gagah berani, "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab kami tidak dapat berhenti memberitakan apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar."

Kisah Rasul 4:22 mengingatkan kita pada kekuatan iman dan keberanian para pengikut Kristus dalam menghadapi kesulitan. Mukjizat penyembuhan ini bukan hanya sebuah peristiwa penyembuhan fisik, tetapi juga menjadi saksi bisu dari kebangkitan Yesus dan kuasa-Nya yang terus bekerja melalui gereja-Nya. Semangat para rasul dalam memberitakan kebenaran, meskipun diancam, menjadi teladan bagi kita semua untuk tidak gentar dalam kesaksian iman kita.