"Dan dengan kekuatan yang besar, terutama oleh kasih karunia Allah yang menyertai mereka semua."
Ayat ini, yang terambil dari Kitab Kisah Para Rasul pasal 4 ayat 33, memberikan gambaran yang luar biasa tentang kondisi jemaat Kristen mula-mula. Ketika kita membaca lebih dalam konteksnya, kita akan menemukan sebuah gambaran tentang persatuan, kesaksian, dan kekuatan ilahi yang bekerja melalui umat-Nya. Ini bukan sekadar sebuah catatan sejarah, tetapi sebuah pelajaran berharga yang relevan hingga kini bagi setiap individu yang percaya.
Kisah Rasul 4:33 muncul setelah para rasul, yaitu Petrus dan Yohanes, memberikan kesaksian yang begitu kuat tentang kebangkitan Yesus Kristus di hadapan Mahkamah Agama Yahudi. Meskipun mereka ditangkap dan diancam, kesaksian mereka tidak surut, justru semakin berani. Setelah dilepaskan, mereka kembali kepada saudara-saudara seiman mereka dan menceritakan segala sesuatu yang telah dikatakan oleh para imam kepala dan tua-tua kepada mereka. Reaksi jemaat sungguh mengagumkan. Mereka tidak gentar, melainkan mengangkat suara bersama-sama memuji Allah.
Pujian ini bukan pujian kosong. Dari pujian itu, kemudian timbullah sebuah tindakan nyata yang menginspirasi: "Semua orang yang percaya itu adalah satu hati dan satu jiwa; dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa ada dari hartanya yang menjadi miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu itu adalah kepunyaan mereka bersama." (Kisah Para Rasul 4:32). Inilah pondasi dari kekuatan yang disebut dalam ayat 33. Persatuan yang mendalam, yang lahir dari hati yang satu dan jiwa yang satu, meniadakan egoisme dan kepemilikan pribadi yang berlebihan. Mereka melihat diri mereka sebagai satu tubuh Kristus, di mana kebutuhan satu anggota adalah kebutuhan semua anggota.
Kemudian, kita sampai pada puncak dari kesaksian mereka: "Dan dengan kekuatan yang besar, terutama oleh kasih karunia Allah yang menyertai mereka semua." Kekuatan besar yang mereka miliki bukanlah kekuatan fisik atau kekuatan politik. Itu adalah kekuatan supranatural, yang berasal langsung dari Roh Kudus. Kekuatan ini memampukan mereka untuk terus bersaksi tentang Yesus dengan keberanian, bahkan di tengah penganiayaan. Kekuatan ini juga yang mendorong mereka untuk hidup dalam kasih persaudaraan yang luar biasa, berbagi segala sesuatu, dan memelihara satu sama lain. Tanpa kasih karunia Allah, mustahil manusia dapat mencapai tingkat kesaksian dan persatuan seperti itu.
Penting untuk diingat bahwa kasih karunia Allah adalah anugerah. Ini bukan sesuatu yang bisa didapatkan melalui usaha manusia semata. Itu adalah pemberian cuma-cuma dari Allah yang memungkinkan mereka, dan kita juga, untuk hidup melampaui keterbatasan diri. Ayat ini mengingatkan kita bahwa sumber sejati dari kekuatan dalam pelayanan, dalam kesaksian, dan dalam kehidupan berkomunitas adalah kehadiran dan anugerah Allah yang bekerja melalui kita. Ketika kita bersatu dalam hati dan jiwa, membagikan berkat Allah dan hidup dalam kasih, maka kekuatan-Nya yang besar akan nyata terlihat, memuliakan nama-Nya di tengah dunia.