"Maka ketakutan yang besar meliputilah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu."
Kisah Para Rasul pasal 5 mencatat sebuah peristiwa yang sangat dramatis dan mengguncang kehidupan jemaat mula-mula. Setelah peristiwa Ananias dan Safira yang dihukum mati karena berdusta kepada Roh Kudus, ayat 11 menyatakan, "Maka ketakutan yang besar meliputilah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu." Frasa "ketakutan yang besar" ini bukan sekadar rasa takut biasa, melainkan sebuah kekaguman yang bercampur dengan rasa gentar terhadap kuasa dan kekudusan Allah yang baru saja dinyatakan secara dahsyat.
Peristiwa ini menjadi titik balik penting bagi perkembangan gereja. Para rasul, yang sebelumnya terus menghadapi tantangan dan penolakan dari para pemimpin agama Yahudi, kini memiliki otoritas yang tak terbantahkan di hadapan umat. Kematian Ananias dan Safira, meskipun mengerikan, secara paradoks justru mengukuhkan kesaksian para rasul tentang kebangkitan Yesus dan kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui mereka. Jemaat menyaksikan bahwa perkataan dan tindakan para rasul bukanlah sekadar omong kosong, melainkan firman Allah yang memiliki konsekuensi nyata.
Ayat ini menekankan betapa pentingnya kejujuran dan kekudusan dalam hubungan dengan Allah. Ananias dan Safira tidak hanya berdusta mengenai uang hasil penjualan tanah, tetapi mereka berdusta kepada Roh Kudus. Ini menunjukkan bahwa Allah sangat serius tentang integritas hati dan motivasi di balik setiap tindakan umat-Nya. Ketakutan yang melanda jemaat adalah respons yang wajar terhadap kesadaran akan kebesaran Allah dan bahaya dari dosa yang tidak diakui.
Lebih dari sekadar ketakutan, peristiwa ini juga menanamkan rasa hormat yang mendalam. Jemaat belajar untuk lebih berhati-hati dalam perkataan dan perbuatan mereka. Kesadaran akan kehadiran Allah yang Mahakuasa dan Mahatahu membuat mereka senantiasa waspada untuk hidup dalam kekudusan. Ini bukanlah budaya ketakutan yang melumpuhkan, melainkan sebuah ketakutan yang membangkitkan kesadaran untuk taat dan memuliakan nama Tuhan.
Kisah Rasul 5:11 mengingatkan kita bahwa iman yang sejati tidak hanya tentang keyakinan, tetapi juga tentang gaya hidup yang mencerminkan kasih dan kekudusan Allah. Ketakutan yang benar kepada Tuhan adalah awal dari hikmat. Di tengah dunia yang sering kali mengaburkan batas antara benar dan salah, kesaksian ini menjadi pengingat yang kuat akan pentingnya integritas dan ketergantungan penuh pada tuntunan Roh Kudus. Jemaat yang takut akan Tuhan adalah jemaat yang akan tumbuh dalam kekuatan dan pengaruh yang positif, menjadi terang di tengah kegelapan.
Seluruh jemaat, termasuk para petobat baru, menyaksikan secara langsung bagaimana Allah bertindak. Hal ini memperkuat iman mereka dan memberi mereka keberanian untuk terus memberitakan Injil, meskipun dihadapkan pada penganiayaan. Ketakutan yang besar itu, pada akhirnya, menjadi fondasi bagi pertumbuhan gereja yang kokoh dan berakar pada kebenaran ilahi. Mereka menyadari bahwa melayani Allah berarti hidup dalam kebenaran-Nya, dan bahwa pengabaian terhadap kebenaran-Nya membawa konsekuensi yang serius.