Kisah Rasul 5:31 - Peninggian Kristus

"Dialah yang ditinggikan oleh tangan kanan Allah menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya umat Israel bertobat dan mendapat pengampunan dosa."
Simbol tangan yang mengangkat salib, melambangkan peninggian Kristus. DI TINGGIKAN

Ayat dari Kitab Kisah Para Rasul 5:31 ini memuat sebuah pernyataan yang fundamental bagi kekristenan, yaitu tentang peninggian Yesus Kristus di tangan kanan Allah. Pernyataan ini diucapkan oleh Petrus dan para rasul lainnya di hadapan Mahkamah Agama Yahudi. Pada saat itu, mereka baru saja dibebaskan secara ajaib dari penjara, sebuah bukti nyata kuasa Allah yang menyertai pemberitaan Injil mereka.

Kalimat "Dialah yang ditinggikan oleh tangan kanan Allah" bukan sekadar ungkapan simbolis, melainkan menegaskan kedudukan Yesus yang tertinggi dan terhormat di hadirat Bapa. Tangan kanan dalam konteks budaya dan teologis sering kali melambangkan kekuasaan, otoritas, dan kehormatan. Dengan berada di tangan kanan Allah, Yesus dinobatkan sebagai Pemimpin dan Juruselamat bagi seluruh umat manusia, khususnya umat Israel pada awalnya.

Tujuan dari peninggian Kristus ini juga sangat jelas disebutkan: "supaya umat Israel bertobat dan mendapat pengampunan dosa." Ini menunjukkan fokus awal pemberitaan Injil yang adalah keselamatan bagi Israel, sebagai umat pilihan Allah. Pertobatan yang dimaksud adalah perubahan hati dan pikiran yang radikal, berbalik dari dosa kepada Allah, yang dimungkinkan melalui pengampunan yang dianugerahkan oleh Yesus Kristus yang telah bangkit dan ditinggikan.

Kisah para rasul mencatat bahwa banyak orang Yahudi pada masa itu yang menerima pemberitaan ini dan bertobat. Namun, juga banyak penolakan dari para pemimpin agama yang merasa terancam oleh ajaran tentang Yesus. Meskipun demikian, para rasul tidak gentar. Mereka terus bersaksi tentang Yesus, bahkan ketika menghadapi ancaman dan penganiayaan. Pengalaman mereka di penjara dan pembebasan ajaib mereka menjadi bukti bahwa Allah bekerja melalui mereka.

Peninggian Kristus memiliki implikasi yang luas. Ia bukan hanya figur sejarah, tetapi pribadi yang hidup dan berkuasa. Sebagai Pemimpin, Ia mengarahkan umat-Nya. Sebagai Juruselamat, Ia menawarkan penebusan dari dosa dan kematian. Pemberitaan Injil yang berfokus pada kematian dan kebangkitan Kristus adalah inti dari iman Kristen, dan ayat ini memberikan landasan teologis yang kuat akan hal tersebut. Dengan terus mengingat dan merenungkan peninggian Kristus, kita diingatkan akan peran-Nya yang sentral dalam rencana keselamatan Allah dan panggilan kita untuk bertobat serta hidup dalam pengampunan.