Kisah Para Rasul 5:34

"Tetapi seorang Farisi bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang terkemuka dan dihormati semua orang, bangkit berdiri di tengah Mahkamah Agama, lalu menyuruh membawa rasul-rasul itu keluar sebentar."

Ayat ini dari Kitab Kisah Para Rasul pasal 5, ayat 34, mengisahkan momen krusial dalam perkembangan awal Kekristenan. Setelah para rasul, khususnya Petrus dan Yohanes, terus berkhotbah dan melakukan mukjizat meskipun telah diperingatkan oleh Mahkamah Agama, mereka kembali ditangkap. Situasi menjadi tegang. Para pemimpin agama Yahudi sangat marah dan bertekad untuk menyingkirkan para rasul agar ajaran baru ini tidak menyebar lebih luas.

Di tengah ketegangan inilah muncul Gamaliel, seorang tokoh yang sangat dihormati. Ia bukan hanya seorang Farisi, tetapi juga seorang ahli Taurat terkemuka. Pengaruh dan kedudukannya sangat tinggi di kalangan masyarakat Yahudi dan para pemimpin agama. Kehadiran dan suaranya memiliki bobot yang signifikan. Gamaliel meminta agar para rasul dibawa keluar sejenak dari ruangan sidang, memberikan ruang untuk musyawarah yang lebih tenang.

Ilustrasi simbol kebijaksanaan dan musyawarah

Setelah para rasul keluar, Gamaliel memberikan nasihat bijak kepada Mahkamah Agama. Ia mengajak para anggota sidang untuk tidak bertindak gegabah. Gamaliel mengutip dua contoh pemberontakan di masa lalu. Yang pertama adalah Teudas, yang mengaku dirinya sebagai seorang tokoh penting dan mengumpulkan banyak orang. Namun, ia tewas dan semua pengikutnya tercerai-berai. Yang kedua adalah Yudas dari Galilea, yang bangkit pada masa Sensus, menarik banyak orang untuk mengikutinya, tetapi ia juga binasa dan pengikutnya tersebar.

Dari kedua contoh tersebut, Gamaliel menyimpulkan sebuah pelajaran penting. Ia berkata, "Oleh karena itu, dalam hal ini, menjauhlah dari orang-orang ini dan biarkan mereka pergi. Sebab jika rencana atau perbuatan ini berasal dari manusia, maka rencana itu akan gagal. Tetapi jika ini berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat memusnahkan mereka, dan kalau-kalau kamu berbalik melawan Allah dan kamu tidak menyadarinya." Nasihat ini sangat cerdas karena ia tidak mengambil posisi mendukung atau menentang ajaran para rasul secara langsung. Sebaliknya, ia menekankan kemungkinan bahwa ajaran tersebut bisa jadi berasal dari Tuhan.

Pendekatan Gamaliel ini berhasil meredakan ketegangan. Ia memberikan argumen yang logis dan mengingatkan para pemimpin agama tentang konsekuensi jika mereka menentang kehendak Tuhan. Mahkamah Agama akhirnya mendengarkan nasihatnya. Mereka memanggil kembali para rasul, menyambuk mereka, dan memerintahkan mereka untuk tidak lagi berbicara dalam nama Yesus, sebelum kemudian membebaskan mereka. Peristiwa ini menunjukkan pentingnya kebijaksanaan dalam menghadapi konflik, bahkan di tengah penolakan dan permusuhan. Nasihat Gamaliel menjadi titik balik yang memungkinkan para rasul untuk terus melanjutkan misi mereka, meskipun di bawah pengawasan dan ancaman.