Kisah Para Rasul 7:1 - Stefanus di Hadapan Mahkamah

"Lalu Imam Besar bertanya kepada Stefanus: 'Benarkah tuduhan-tuduhan ini?'" (Kisah Para Rasul 7:1)
Simbol Keadilan dan Kebenaran

Kisah Para Rasul 7:1 membuka sebuah momen krusial dalam perjalanan iman Kristen perdana. Ayat ini menandai dimulainya kesaksian yang luar biasa dari Stefanus, seorang diakon yang penuh iman dan Roh Kudus, di hadapan Mahkamah Agama Yahudi (Sanhedrin). Konteksnya adalah tuduhan palsu bahwa Stefanus telah menghujat Allah dan Musa, sebuah tuduhan serius yang dapat berujung pada hukuman berat.

Ketika Imam Besar bertanya kepadanya, "Benarkah tuduhan-tuduhan ini?", Stefanus tidak ragu-ragu. Ini bukanlah sekadar pertanyaan formalitas, melainkan sebuah kesempatan baginya untuk membela imannya, bahkan di bawah ancaman bahaya. Dengan penuh keberanian, Stefanus memulai sebuah pidato panjang yang merangkum sejarah keselamatan Allah bagi bangsa Israel, mulai dari Abraham hingga Yesus Kristus. Ia tidak fokus pada pembelaan diri, melainkan pada penyampaian kebenaran tentang tindakan Allah dalam sejarah.

Dalam pidatonya, Stefanus dengan cermat menguraikan bagaimana Allah selalu bekerja melalui para nabi dan pemimpin-Nya, namun umat Israel seringkali menolak dan menganiaya mereka. Ia menyoroti ketidaktaatan umat Israel terhadap hukum Taurat yang seharusnya mereka pegang teguh. Puncaknya adalah ketika Stefanus dengan tegas menyatakan bahwa para pemimpin agama saat itu adalah keturunan dari mereka yang telah menganiaya para nabi, dan bahwa Yesus yang mereka salibkan adalah Sang Mesias yang telah dinubuatkan.

Kisah Stefanus di hadapan Mahkamah Agama ini mengajarkan kita tentang pentingnya kesaksian iman yang teguh. Meskipun dihadapkan pada permusuhan dan bahaya, Stefanus memilih untuk bersuara demi kebenaran. Keberaniannya dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus, yang memberikannya hikmat dan ketenangan dalam situasi yang genting. Ia menjadi teladan bagi para pengikut Kristus untuk tidak takut berbicara tentang Injil, bahkan ketika menghadapi penolakan atau penganiayaan.

Lebih dari sekadar catatan sejarah, Kisah Para Rasul 7:1 dan kesaksian Stefanus adalah pengingat bahwa iman seringkali diuji. Ujian ini dapat datang dalam berbagai bentuk, baik melalui perdebatan, kritik, atau bahkan penganiayaan. Namun, seperti Stefanus, kita dipanggil untuk menjawab dengan hikmat dan kebenaran, berpegang teguh pada apa yang kita percayai, dan memuliakan Allah dalam segala keadaan. Peristiwa ini juga menunjukkan bahwa kisah keselamatan Allah bukanlah sesuatu yang tersembunyi, melainkan sebuah narasi yang terus terungkap sepanjang sejarah, dengan Yesus Kristus sebagai puncaknya.

Kisah Stefanus adalah bukti bahwa kesaksian yang berani dan didasari kebenaran dapat memiliki dampak yang mendalam. Meskipun kesaksiannya berakhir dengan pengorbanan syahid, keberaniannya menjadi inspirasi bagi gereja mula-mula dan generasi-generasi selanjutnya. Ia menunjukkan bahwa kesetiaan kepada Kristus adalah prioritas utama, bahkan di tengah tekanan terbesar.

Baca kisah lengkap Stefanus di Kisah Para Rasul 7