Ayat ketujuh belas dari pasal ketujuh Kitab Kisah Para Rasul ini menggemakan sebuah nubuat penting yang diucapkan oleh Musa sendiri kepada bangsa Israel. Di tengah perjalanan panjang dan penuh tantangan mereka di padang gurun, Musa menyampaikan firman Tuhan yang menjanjikan kehadiran seorang nabi di masa depan. Nubuat ini tidak hanya sekadar ramalan, tetapi sebuah penegasan tentang kelanjutan rencana penebusan Tuhan bagi umat-Nya.
Dalam konteks khotbah Stefanus yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, kutipan ini memiliki makna historis dan teologis yang mendalam. Stefanus sedang menjelaskan sejarah keselamatan Israel kepada para pemimpin agama Yahudi. Ia menyoroti bagaimana Tuhan telah bekerja melalui para nabi dan tokoh-tokoh penting dalam sejarah mereka, mulai dari Abraham, Yusuf, hingga Musa. Musa, sebagai pemimpin besar yang membebaskan Israel dari perbudakan Mesir, memegang posisi sentral dalam narasi ini. Ucapan Musa dalam ayat ini merujuk pada janji Tuhan kepada Musa di Gunung Sinai mengenai datangnya seorang nabi yang akan menjadi perantara antara Tuhan dan umat-Nya, yang akan menjadi suksesor spiritual Musa.
Kata-kata "Tuhan Allahmu akan membangkitkan seorang nabi bagi kamu dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku" memberikan penekanan pada dua aspek krusial. Pertama, nabi ini akan datang "dari antara saudara-saudaramu," yang menyiratkan kedekatan dan kesamaan dengan bangsa Israel. Ia bukanlah orang asing, melainkan bagian dari keturunan mereka. Kedua, nabi ini akan "sama seperti aku," mengindikasikan otoritas dan peran penting yang akan dipegangnya, setara dengan Musa dalam hal perantara firman Tuhan. Ini menunjukkan bahwa Tuhan terus berkomunikasi dengan umat-Nya melalui utusan-utusan-Nya.
Implikasi dari nubuat ini adalah bahwa umat Tuhan selalu dipanggil untuk mendengarkan dan menaati nabi yang diutus Tuhan. Frasa "dia yang harus kamu dengarkan" adalah seruan untuk ketaatan rohani. Musa ingin menekankan bahwa nabi ini akan memiliki otoritas ilahi, dan penolakan terhadapnya akan membawa konsekuensi serius. Sejarah Israel dipenuhi dengan kisah tentang bagaimana mereka merespons para nabi yang diutus Tuhan, terkadang dengan penerimaan, namun seringkali dengan penolakan.
Bagi para pendengar Stefanus, dan juga bagi kita yang membaca Kitab Suci, ayat ini berfungsi sebagai jembatan pemahaman. Stefanus menggunakan ayat ini untuk membawa argumennya bahwa Yesus dari Nazaret adalah nabi yang dinubuatkan oleh Musa. Yesus, yang berasal dari garis keturunan Israel, datang dengan otoritas yang lebih besar, mengajarkan kebenaran ilahi, dan menawarkan keselamatan yang lebih sempurna. Dengan demikian, Kisah Para Rasul 7:37 bukan hanya sebuah catatan historis, tetapi sebuah janji yang digenapi dalam pribadi Yesus Kristus, yang menjadi nabi utama, imam agung, dan raja bagi umat manusia.