Kisah Rasul 7:44 - Tabsut Allah

"Tabernakel kesaksian itu, yang diperbuat bapa-bapa kita, ada di padang gurun, seperti yang diperintahkan oleh Dia yang berfirman kepada Musa, supaya mendirikannya menurut contoh yang telah dilihatnya."

Ayat dari Kisah Para Rasul 7:44 ini membawa kita kembali ke momen penting dalam sejarah bangsa Israel: pembangunan Tabernakel di padang gurun. Ini bukan sekadar sebuah bangunan fisik, melainkan sebuah penanda kehadiran Allah yang begitu kuat di tengah umat-Nya. Stefanus, dalam pidatonya yang membakar semangat, mengingatkan para pendengarnya tentang pentingnya warisan spiritual ini, yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Simbol Tabernakel sederhana

Ilustrasi simbol Tabernakel

Keagungan Tabsut di Padang Gurun

Bayangkan teriknya padang gurun, di mana bangsa Israel baru saja keluar dari perbudakan Mesir. Di tengah ketidakpastian dan tantangan, Allah memerintahkan Musa untuk membangun sebuah tempat tinggal bagi-Nya. Tabernakel ini adalah kemuliaan yang terwujud, sebuah tenda suci yang menjadi pusat ibadah dan persekutuan. Ayub 7:44 menekankan bahwa Tabernakel ini didirikan "seperti yang diperintahkan oleh Dia yang berfirman kepada Musa, supaya mendirikannya menurut contoh yang telah dilihatnya." Ini menunjukkan betapa telitinya Allah dalam merancang setiap detailnya. Bukan ciptaan manusia semata, melainkan sebuah desain ilahi yang diturunkan dari surga.

Keberadaan Tabernakel di padang gurun bukan tanpa makna. Ia menjadi pengingat konstan bahwa Allah selalu bersama mereka, memimpin, melindungi, dan memberikan petunjuk. Di siang hari, tiang awan menjadi naungan, dan di malam hari, tiang api menerangi jalan. Ini adalah manifestasi nyata dari janji Allah untuk tidak pernah meninggalkan umat-Nya, bahkan di tempat yang paling tandus sekalipun. Tabsut ini adalah tempat di mana doa-doa dinaikkan, kurban-kurban dipersembahkan, dan kehadiran Allah dapat dirasakan secara pribadi.

Makna Mendalam bagi Kehidupan

Kisah Para Rasul 7:44 mengingatkan kita bahwa Allah kita adalah Allah yang teratur dan memiliki tujuan. Dia tidak bertindak sembarangan, melainkan merancang segala sesuatu dengan sempurna. Desain Tabernakel yang spesifik, yang diwariskan dari Musa berdasarkan wahyu ilahi, mengajarkan kita pentingnya kesetiaan pada firman Tuhan dan ketelitian dalam menjalankan kehendak-Nya.

Lebih dari itu, kisah ini memiliki resonansi yang lebih dalam. Tabernakel fisik itu sendiri adalah bayangan dan janji dari kehadiran Allah yang lebih besar lagi, yaitu Yesus Kristus. Yohanes 1:14 berkata, "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, penuh kasih karunia dan kebenaran; dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang dari Bapa, bagi anak tunggal Bapa." Yesus adalah Tabernakel sejati, tempat di mana Allah berdiam secara sempurna di antara manusia. Melalui Dia, kita dapat memiliki persekutuan yang tak terputus dengan Tuhan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita diingatkan untuk mencari kehadiran Allah dalam segala aspek. Sebagaimana bangsa Israel membawa Tabernakel ke mana pun mereka pergi di padang gurun, kita pun dipanggil untuk menjadikan hati kita sebagai tempat tinggal Roh Kudus, memancarkan terang-Nya ke mana pun kita berada. Kisah Rasul 7:44 adalah sebuah undangan untuk menghargai warisan rohani kita, merayakan kehadiran Allah yang selalu menyertai, dan hidup dengan kesetiaan yang sama seperti para leluhur iman kita. Keagungan Tabsut di padang gurun adalah cerminan dari kasih dan kesetiaan Allah yang tak berkesudahan kepada umat-Nya.