"Tetapi penuh dengan Roh Kudus, ia menatap ke langit, dan melihat kemuliaan Allah, dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah."
Kisah Rasul pasal 7 mencatat momen krusial dalam kehidupan awal gereja Kristen, yaitu kesaksian Stefanus sebelum dia menghadapi kematian sebagai martir. Ayat 55 dari pasal ini memberikan gambaran yang sangat kuat dan menginspirasi tentang keadaan spiritual Stefanus saat menghadapi tantangan terbesar dalam hidupnya. Di tengah cercaan dan ancaman dari para pemimpin agama Yahudi, Stefanus tidak gentar. Sebaliknya, ia dipenuhi dengan Roh Kudus, yang memberikannya ketenangan, keberanian, dan pandangan surgawi.
"Tetapi penuh dengan Roh Kudus, ia menatap ke langit, dan melihat kemuliaan Allah, dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah." Pengalaman ini bukan sekadar penglihatan biasa, melainkan sebuah anugerah ilahi yang membangkitkan semangat dan iman Stefanus. Menjadi "penuh dengan Roh Kudus" berarti dirinya sepenuhnya dikuasai dan diarahkan oleh kuasa ilahi. Roh Kudus mengisi hatinya, membersihkan segala ketakutan, dan menggantinya dengan kehadiran Allah yang nyata.
Dalam momen penuh tekanan ini, Stefanus diberikan sebuah visi yang luar biasa: ia melihat kemuliaan Allah dan Yesus Kristus yang sedang berdiri di sebelah kanan-Nya. Ini adalah pengakuan paling eksplisit tentang keilahian Yesus yang diberikan di hadapan Mahkamah Agama Yahudi. Bagi Stefanus, ini bukan hanya sebuah penglihatan, tetapi sebuah penguatan bahwa penderitaannya tidak sia-sia dan bahwa Yesus yang ia layani sedang menyaksikan dan menyambutnya. Keberadaan Yesus yang berdiri (bukan duduk, yang seringkali melambangkan istirahat dan kekuasaan) dapat diinterpretasikan sebagai gestur sambutan yang aktif dan penuh kehormatan bagi hamba-Nya yang setia.
Kisah Stefanus mengajarkan kita tentang kekuatan luar biasa yang dapat kita alami ketika kita sepenuhnya berserah kepada pimpinan Roh Kudus. Dalam situasi sulit, ketakutan, atau penganiayaan, menjadi penuh Roh Kudus dapat mengubah perspektif kita. Ia memungkinkan kita untuk melihat melampaui penderitaan duniawi dan mengarahkan pandangan kita pada kekekalan dan janji-janji ilahi. Penglihatan Stefanus memberinya kekuatan untuk terus bersaksi tentang Kristus, bahkan saat nyawanya terancam.
Firman Tuhan dalam Kisah Rasul 7:55 mengingatkan bahwa ketika kita menghadapi ujian, kita tidak sendirian. Roh Kudus hadir untuk menguatkan, memberi hikmat, dan bahkan membuka mata rohani kita untuk melihat campur tangan serta kemuliaan Allah. Stefanus, melalui kesaksian dan kematiannya, menjadi teladan inspiratif tentang iman yang teguh, dibimbing oleh Roh Kudus, yang memandang pada kemuliaan kekal. Keberaniannya menjadi bukti nyata dari kuasa ilahi yang bekerja dalam diri orang percaya.