Kisah Rasul 7:57 - Kebenaran yang Disuarakan

"Lalu mereka berseru dengan suara keras, dan menutup telinga mereka, lalu serentak menyerbu dia." (Kisah Para Rasul 7:57)
Kisah 7:57

Kisah yang tercatat dalam Kitab Kisah Para Rasul pasal 7 ayat 57 membawa kita pada momen krusial dalam persidangan Stefanus. Ayat ini menggambarkan puncak ketegangan dan penolakan ekstrem yang dihadapi oleh seorang utusan kebenaran. Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus dan kuasa, telah menyampaikan kesaksiannya yang berani tentang sejarah bangsa Israel, menyoroti ketidaktaatan mereka terhadap Allah dan para nabi-Nya, serta menuduh para pendengarnya sebagai pembunuh Sang Mesias.

Reaksi yang datang bukanlah penerimaan atau perenungan, melainkan kemarahan yang membabi buta. Kata-kata "mereka berseru dengan suara keras, dan menutup telinga mereka" menunjukkan sebuah upaya disengaja untuk menghentikan setiap suara kebenaran yang memukul hati nurani mereka. Penutupan telinga ini bukan sekadar tindakan fisik, melainkan simbol penolakan spiritual. Mereka tidak ingin mendengar, tidak mau mengerti, dan tidak bersedia menerima kebenaran yang diungkapkan Stefanus, bahkan jika kebenaran itu datang dari Allah sendiri.

Serangan fisik yang menyusul, "lalu serentak menyerbu dia," mengkonfirmasi betapa dalamnya permusuhan yang ada. Stefanus menjadi sasaran kemarahan massa yang tidak dapat dikendalikan lagi. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa mengemukakan kebenaran, terutama ketika kebenaran itu mengusik status quo atau menyadarkan orang akan kesalahan mereka, sering kali disambut dengan permusuhan yang keras. Kisah Stefanus adalah salah satu contoh paling dramatis tentang harga yang harus dibayar untuk kesetiaan pada iman dan pengakuan akan Kristus.

Meskipun dihadapkan pada ancaman dan kekerasan, kesaksian Stefanus tidak sia-sia. Bahkan di saat-saat terakhirnya, ia memohon kepada Tuhan Yesus untuk mengampuni para penyerangnya, menunjukkan kasih yang luar biasa bahkan kepada musuh-musuhnya. Peristiwa ini tidak hanya mengukuhkan iman para pengikut Kristus, tetapi juga menjadi benih bagi penyebaran Injil lebih luas, karena setelah kematian Stefanus, penganiayaan yang meningkat memaksa banyak orang Kristen untuk tercerai-berai dan membawa kabar baik ke berbagai penjuru. Kisah Rasul 7:57 mengajarkan kita tentang keberanian dalam menyampaikan kebenaran, keteguhan iman di tengah penolakan, dan kekuatan pengampunan yang melampaui kebencian.