"Lalu mereka mengusirnya keluar kota dan melempari dia. Saksi-saksi meletakkan pakaian mereka pada kaki seorang pemuda yang bernama Saulus."
Ilustrasi keteguhan dan penganiayaan
Kisah rasul 7:58 mengabadikan salah satu momen paling tragis dan menentukan dalam sejarah awal Kekristenan: martir pertama, Stefanus. Ayat ini bukanlah sekadar catatan peristiwa, melainkan sebuah gambaran kekuatan iman yang tak tergoyahkan di hadapan kebencian dan kekerasan yang brutal.
Stefanus, seorang diaken yang penuh iman dan karunia, telah berbicara dengan berani di hadapan Mahkamah Agama Yahudi. Dengan penuh hikmat, ia memaparkan sejarah keselamatan Allah, menyoroti ketidaksetiaan umat Israel yang terus-menerus terhadap perjanjian Allah dan nabi-nabi-Nya, hingga puncaknya pada penolakan dan pembunuhan Yesus Kristus, Mesias yang dijanjikan. Pidatonya yang lugas dan berapi-api itu tidak diterima dengan baik. Sebaliknya, ia justru menimbulkan kemarahan besar di kalangan para pendengarnya.
Terbakar oleh amarah, orang-orang banyak itu, yang dipimpin oleh para pemimpin agama, mengusir Stefanus dari kota Yerusalem. Tindakan ini adalah pelanggaran hukum Taurat yang jelas, karena korban pembunuhan harus dibakar di luar perkemahan (Imamat 24:14). Namun, dalam kebencian mereka, mereka tidak hanya mengusirnya, tetapi juga mulai melempari dia dengan batu.
Ayat penting ini juga mencatat peran seorang pemuda bernama Saulus. Ketika batu-batu mulai menghujani Stefanus, para pelaku penganiayaan meletakkan pakaian mereka di kaki Saulus. Ini menandakan bahwa Saulus adalah seorang yang turut menyaksikan dan, dalam kapasitasnya, memberikan persetujuan terhadap tindakan keji tersebut. Ia tidak hanya diam, tetapi juga terlibat dalam cara yang pasif namun signifikan. Peran Saulus di sini sangat ironis, mengingat ia kelak akan menjadi rasul Paulus, seorang penginjil Kristus yang paling gigih dan berpengaruh.
Meskipun dihujani batu, Stefanus tidak menunjukkan keputusasaan atau rasa takut yang melumpuhkan. Sebaliknya, dalam saat-saat terakhir hidupnya, ia mencontoh Kristus sendiri. Kisah selanjutnya mengungkapkan bahwa Stefanus berseru kepada Tuhan Yesus, memohon agar dosa para penyerangnya diampuni, dan menyerahkan rohnya kepada Tuhan. Keberanian, belas kasihan, dan imannya yang teguh di tengah penderitaan hebat adalah kesaksian yang kuat tentang kebenaran Injil.
Kisah rasul 7:58 membuka jalan bagi penganiayaan yang lebih luas terhadap jemaat di Yerusalem. Penganiayaan ini, meskipun menyakitkan, justru mendorong para pengikut Kristus untuk menyebar ke berbagai tempat dan menyebarkan Injil lebih jauh. Dari titik penganiayaan ini, benih-benih gereja mula-mula bertumbuh dan menyebar, membawa terang Kristus ke dunia yang lebih luas. Peristiwa ini menjadi pengingat akan harga yang kadang harus dibayar demi iman, sekaligus bukti nyata kuasa transformasi Allah dalam kehidupan seseorang, seperti yang terlihat pada transformasi Saulus menjadi Paulus.