Mereka menguburkan Sefanya, dan semua orang berdukacita.
Kisah yang terukir dalam Kitab Para Rasul pasal 8 ayat 2 membawa kita pada sebuah momen yang krusial dalam penyebaran Injil. Perikop ini menggambarkan kesedihan yang mendalam dari para pengikut Kristus setelah peristiwa penting yang mengguncang komunitas awal. Namun, di balik kesedihan itu, tersimpan benih semangat kesaksian yang akan bertumbuh subur.
Ayat tersebut menyebutkan "Mereka menguburkan Sefanya". Penguburan seorang pribadi dalam tradisi Yahudi merupakan peristiwa yang sarat makna, bukan sekadar pemakaman fisik, melainkan juga pengakuan atas peran dan kontribusi orang tersebut dalam komunitas. Sefanya, meskipun namanya tidak sepopuler rasul-rasul utama, adalah salah satu tokoh penting yang turut berjuang dalam pembentukan gereja mula-mula. Kepergiannya tentu meninggalkan kekosongan dan kesedihan bagi jemaat yang ada.
Namun, perikop ini tidak berhenti pada gambaran duka. Kelanjutannya dalam konteks bab 8 lebih jauh menceritakan bagaimana setelah peristiwa ini, penganiayaan terhadap gereja di Yerusalem semakin hebat. Para pengikut Kristus tercerai-berai dan melarikan diri ke Yudea dan Samaria. Justru dalam situasi inilah, benih kesaksian mulai tersebar. Mereka yang melarikan diri membawa kabar baik Injil ke tempat-tempat baru. Ini menunjukkan bahwa kesulitan, bahkan tragedi, dapat menjadi katalisator yang luar biasa untuk pertumbuhan iman dan penyebaran pesan keselamatan.
Kisah Rasul 8:2 mengingatkan kita bahwa iman yang sejati seringkali diuji dalam situasi yang paling sulit. Penguburan Sefanya bukan hanya akhir dari sebuah kehidupan, melainkan juga awal dari sebuah perjalanan baru bagi gereja. Para murid, meskipun berduka, tidak lantas terhenti. Mereka meneruskan amanat Kristus untuk menjadi saksi-Nya. Semangat kesaksian mereka tidak padam oleh tragedi, melainkan justru dinyalakan olehnya. Mereka menyadari bahwa tugas memberitakan Injil lebih besar daripada kesedihan pribadi.
Hal ini mengajarkan kita pentingnya melihat lebih jauh dari sekadar peristiwa yang terjadi. Kesulitan hidup, kehilangan, dan tantangan yang dihadapi seharusnya tidak membuat kita berhenti, tetapi justru mendorong kita untuk semakin teguh dalam iman dan semakin berani dalam bersaksi. Kesaksian yang penuh semangat lahir dari hati yang dipenuhi oleh Kristus, yang mampu mengubah kesedihan menjadi kekuatan, dan perpecahan menjadi kesempatan untuk menjangkau lebih banyak jiwa. Kisah ini adalah bukti bahwa rencana Tuhan seringkali bekerja melalui cara-cara yang tidak kita duga, membawa kebaikan bahkan dari situasi yang paling menyakitkan sekalipun.