Kisah Rasul 8:27 - Filipus dan Orang Etiopia

"Maka bangunlah ia, lalu pergi. Dan lihatlah, seorang Etiopia, seorang sida-sida daripada bangsawan Kandace, ratu Etiopia, yang menjadi kepala perbendaharaan nya, yang telah datang untuk beribadat di Yerusalem."

Ayat ini membuka sebuah narasi yang penuh makna dalam kitab Kisah Para Rasul, sebuah cerita tentang pertemuan ilahi antara seorang utusan Allah dan seorang pencari kebenaran di tengah perjalanan. Filipus, salah satu dari tujuh diaken yang dipilih oleh jemaat mula-mula, diperintahkan oleh Roh Kudus untuk pergi ke arah selatan, menuju jalan yang sunyi yang menghubungkan Yerusalem dengan Gaza. Perintah ini tampaknya tidak masuk akal pada awalnya, namun Filipus, dengan ketaatan yang luar biasa, segera bangkit dan pergi tanpa ragu.

Di tengah perjalanannya, Filipus melihat sebuah kereta yang sedang melintas. Dengan bimbingan ilahi yang terus berlanjut, ia diarahkan untuk mendekati kereta tersebut. Di dalamnya duduklah seorang pejabat penting dari Etiopia, seorang sida-sida yang dipercaya oleh Kandace, ratu Etiopia, sebagai kepala perbendaharaannya. Sosok ini bukan orang biasa; ia adalah seorang yang berkuasa dan memiliki kedudukan tinggi, namun yang lebih penting, ia adalah seorang pencari Tuhan. Ia telah datang ke Yerusalem untuk beribadat, menunjukkan kerinduan rohani yang mendalam di hatinya, meskipun ia berasal dari negeri yang jauh dan memiliki latar belakang yang berbeda.

Roh Kudus kemudian memerintahkan Filipus untuk bergabung dengan kereta itu. Tanpa basa-basi, Filipus berlari ke arah kereta dan, setelah diizinkan naik, mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Pertemuan ini bukan kebetulan, melainkan sebuah rancangan ilahi yang sempurna. Sida-sida itu, menyadari kehadiran Filipus, bertanya apakah ia mengerti apa yang sedang dibacanya. Ia kemudian mengungkapkan keraguan dan kebingungannya mengenai makna ayat yang sedang ia baca, yaitu tentang "domba yang dibawa ke pembantaian" dan "orang yang kelu sesudah disunat".

Inilah momen krusialnya. Filipus, dengan kebijaksanaan yang dianugerahkan oleh Roh Kudus, tidak hanya memberikan jawaban, tetapi memulai sebuah khotbah yang komprehensif tentang Yesus Kristus. Ia mulai dari Kitab Suci yang sedang dibaca sida-sida itu, yaitu Yesaya 53, dan menjelaskan bagaimana nubuat tersebut menunjuk kepada Yesus. Ia mengajarkan kepadanya Injil, kabar baik tentang keselamatan melalui penebusan Kristus. Kita dapat membayangkan betapa terbukanya pikiran dan hati sida-sida itu saat mendengarkan kebenaran yang selama ini ia cari.

Perjalanan mereka berlanjut, dan ketika mereka tiba di suatu tempat yang memiliki banyak air, sida-sida itu mengungkapkan keinginannya untuk dibaptis. Ia berkata, "Lihat, di sini ada air. Apakah yang menghalangi aku dibaptis?" Filipus menjawab, "Jikalau engkau percaya dengan segenap hatimu, boleh." Ini menunjukkan bahwa baptisan bukan sekadar ritual, tetapi sebuah ekspresi iman yang tulus. Sida-sida itu menyatakan imannya dengan berkata, "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."

Dengan sukacita, Filipus membaptis sida-sida Etiopia itu. Momen ini adalah gambaran indah tentang bagaimana Injil menjangkau segala bangsa, bahkan orang-orang yang dianggap terpinggirkan atau asing. Sida-sida Etiopia, seorang pejabat tinggi dari negeri yang jauh, menemukan keselamatan dan menjadi bagian dari gereja Kristus. Setelah itu, Roh Tuhan mengambil Filipus, dan sida-sida itu melanjutkan perjalanannya dengan hati yang penuh sukacita, bersaksi tentang apa yang telah dialaminya. Kisah ini mengingatkan kita akan kekuatan Firman Tuhan, peran Roh Kudus dalam memimpin, dan pentingnya kesaksian yang berani.