"Dan ia sedang kembali sambil membaca kitab Nabi Yesaya." (Kisah Para Rasul 8:28)
Kisah pertemuan Filipus dengan seorang sida-sida dari Etiopia yang tertulis dalam Kisah Para Rasul pasal 8 merupakan salah satu narasi paling menyentuh hati dalam Alkitab. Ayat 28, yang menyebutkan bahwa sida-sida itu sedang membaca Kitab Nabi Yesaya, membuka pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kuasa Allah yang bekerja melalui firman-Nya, bahkan di tempat yang paling tak terduga. Perjalanan sida-sida dari Etiopia ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan spiritual yang dipenuhi kerinduan akan kebenaran.
Sida-sida ini adalah seorang pejabat tinggi di bawah ratu Kandace, yang memiliki kekuasaan dan kekayaan. Namun, tampaknya semua kemewahan duniawi tidak mampu memuaskan dahaga jiwanya. Ia datang ke Yerusalem untuk beribadah, menunjukkan bahwa hatinya mencari sesuatu yang lebih besar dari segala pencapaian duniawi. Di Yerusalem, ia mendapatkan kesempatan untuk membaca Kitab Suci, khususnya karya Nabi Yesaya. Membaca adalah tindakan yang menandakan kecerdasan dan keinginan untuk memahami. Apa yang ia baca begitu penting sehingga ia terus membacanya bahkan saat dalam perjalanan pulang.
Di sinilah peran Filipus menjadi sangat krusial. Tuhan tidak hanya menyiapkan hati sida-sida itu melalui pembacaannya, tetapi juga mengutus hamba-Nya, Filipus, untuk menjelaskan kebenaran yang ia baca. Pertanyaan sida-sida, "Apakah gerangan yang ia maksud dengan perkataan itu?" (Kisah Para Rasul 8:34), adalah pertanyaan dari seseorang yang ingin mengerti, seseorang yang terbuka pada bimbingan ilahi. Filipus kemudian menggunakan ayat yang dibaca sida-sida itu, yaitu Yesaya 53, untuk memberitakan Injil Yesus Kristus kepadanya.
Kisah ini menegaskan bahwa Allah Mahakuasa dalam menjangkau setiap hati, tidak peduli latar belakang, status sosial, atau geografis. Allah bekerja melalui firman-Nya, melalui kerinduan hati manusia, dan melalui pergerakan Roh Kudus yang mengarahkan orang-orang-Nya. Sida-sida Etiopia yang mulanya mungkin belum sepenuhnya mengerti firman Tuhan, akhirnya mengalami transformasi iman yang luar biasa berkat penyampaian Injil oleh Filipus. Pembacaan Kitab Nabi Yesaya adalah titik awal, percikan yang dinyalakan oleh Roh Kudus, yang kemudian diperbesar menjadi api iman yang menyala-nyala.
Kisah ini juga memberikan pelajaran berharga bagi kita. Seberapa sering kita membaca Alkitab, namun tidak sepenuhnya mengerti? Seberapa sering kita merasa bingung dengan firman Tuhan? Kisah ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak pernah jauh dari mereka yang mencari-Nya dengan tulus. Melalui pembacaan firman, melalui doa, dan melalui persekutuan dengan saudara seiman, kebenaran Allah akan semakin jelas. Seperti Filipus yang diutus Tuhan untuk melayani sida-sida itu, kita pun bisa menjadi alat Tuhan untuk membawa terang Injil kepada orang lain. Kuasa Allah terwujud bukan hanya dalam mukjizat besar, tetapi juga dalam peristiwa sehari-hari, dalam percakapan yang menginspirasi, dan dalam firman yang mengubah hidup.