Simbol air dan gerakan yang tenang.
Kisah Para Rasul pasal 8 mencatat sebuah momen penting dalam penyebaran Injil, di mana iman yang tulus bertemu dengan penuntunan ilahi. Peristiwa ini melibatkan Filipus, salah satu diaken gereja mula-mula, dan seorang sida-sida dari Ethiopia yang memiliki kedudukan penting di istana ratu Kandace.
Kisah Rasul 8:26-35 menceritakan bagaimana malaikat Tuhan mengarahkan Filipus untuk pergi ke selatan, ke jalan yang menuju Gaza. Di sana, Filipus bertemu dengan sida-sida tersebut yang sedang membaca Kitab Yesaya. Sida-sida itu, meskipun memiliki kekuasaan dan kekayaan, memiliki kerinduan spiritual yang mendalam. Ia mencari pemahaman akan Firman Tuhan.
Filipus, dengan keberanian dan hikmat yang diberikan oleh Roh Kudus, mendekati dan bertanya, "Apakah Bapak mengerti apa yang Bapak baca?" Sida-sida itu mengakui ketidakpahamannya dan mengundang Filipus untuk naik dan duduk di sampingnya. Inilah awal dari sebuah percakapan yang transformatif. Sida-sida itu membaca Yesaya pasal 53, yang berbicara tentang penderitaan Hamba Tuhan. Pertanyaannya kepada Filipus sangat krusial: "Sekarang, siapakah yang dimaksudkan oleh nabi itu? Diri sendiri atau orang lain?"
Dengan penuh keyakinan, Filipus menjelaskan bahwa bagian Kitab Suci itu berbicara tentang Yesus. Ia memulai dari ayat yang dibaca sida-sida itu, lalu memberitakan Injil Yesus kepadanya. Ini adalah contoh luar biasa tentang bagaimana Firman Tuhan dapat dijelaskan dan bagaimana kabar baik tentang keselamatan dapat disampaikan secara pribadi dan relevan. Filipus tidak hanya memberikan informasi, tetapi membawa pesan pengharapan dan pengampunan melalui Kristus.
Perjalanan mereka bersama di dalam kereta diiringi oleh pemahaman yang semakin mendalam dan iman yang bertumbuh di hati sida-sida itu. Ketika mereka tiba di suatu tempat yang memiliki banyak air, reaksi alami dari orang yang telah menerima kebenaran adalah keinginan untuk menyatakan imannya secara publik. Inilah yang terjadi sebagaimana tercatat dalam ayat emas kita:
"Lalu ia menyuruh kereta berhenti dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia."
Ayat 38 ini menandai puncak dari pertemuan ini. Pembaptisan adalah sebuah tindakan simbolis yang penting dalam Kekristenan. Ia melambangkan kematian bersama Kristus dan kebangkitan bersama-Nya dalam kehidupan baru. Bagi sida-sida Ethiopia ini, pembaptisan adalah deklarasi publik atas imannya yang baru ditemukan kepada Yesus Kristus. Ia siap untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ia telah menjadi pengikut Kristus.
Kisah ini mengajarkan kita beberapa hal penting. Pertama, pentingnya kerinduan hati untuk mencari kebenaran. Sida-sida itu, meskipun dalam posisi yang baik, tidak puas sampai ia menemukan makna sejati dalam Firman. Kedua, peran penting gereja dalam memberitakan Injil. Filipus, sebagai utusan Tuhan, siap sedia untuk melayani dan menjelaskan Kitab Suci. Ketiga, pembaptisan sebagai tanda lahir baru dan komitmen iman. Ini adalah langkah selanjutnya yang logis setelah seseorang percaya kepada Yesus.
Ketika mereka keluar dari air, sukacita dan kedamaian pasti memenuhi hati sida-sida itu. Roh Tuhan kemudian mengambil Filipus, melanjutkan pelayanannya di tempat lain, sementara sida-sida itu melanjutkan perjalanannya dengan hati yang baru dan iman yang teguh, kemungkinan besar membawa kabar baik itu ke tanah kelahirannya di Ethiopia. Kisah ini adalah bukti nyata bahwa kabar baik Yesus Kristus ditujukan bagi semua orang, tanpa terkecuali, dan bahwa iman yang sungguh-sungguh akan membuahkan tindakan nyata.