"Tetapi Filipus ditemukan di Azotus, dan sambil melalui daerah itu, ia memberitakan Injil ke semua kota sampai ia tiba di Kaisarea."
Kisah Rasul 8:40 ini mengakhiri sebuah narasi penting dalam perjalanan Injil: pertemuan antara rasul Filipus dan seorang pejabat istana Etiopia yang saleh. Ayat ini memberikan gambaran singkat namun kuat tentang dampak misi penginjilan yang dilakukan oleh Filipus setelah peristiwa penganiayaan terhadap gereja mula-mula di Yerusalem. Penganiayaan tersebut memaksa banyak orang Kristen untuk tercerai-berai ke berbagai wilayah, dan di antara mereka adalah Filipus, yang diutus oleh Roh Kudus untuk sebuah misi yang luar biasa.
Awalnya, Filipus diutus ke Samaria, di mana ia menyaksikan mukjizat dan pertobatan banyak orang melalui pelayanannya. Namun, Tuhan memiliki rencana yang lebih luas. Setelah tugasnya di Samaria selesai, sebuah perjumpaan ilahi terjadi. Malaikat Tuhan memerintahkan Filipus untuk pergi ke arah selatan, menuju jalan yang sunyi yang menghubungkan Yerusalem dengan Gaza. Di sana, ia mendapati seorang pejabat tinggi dari Etiopia, seorang sida-sida, yang sedang dalam perjalanan pulang dari Yerusalem setelah beribadah. Orang Etiopia ini, yang adalah seorang pangeran dan bendahara ratu Kandake, sedang membaca Kitab Yesaya di keretanya.
Roh Kudus kemudian mengarahkan Filipus untuk mendekati kereta tersebut. Ia mendengar orang Etiopia itu membaca Yesaya 53, sebuah nubuat tentang penderitaan Hamba Allah yang kelak akan menebus umat-Nya. Filipus, dengan hikmat dan keberanian yang diberikan Tuhan, bertanya apakah ia mengerti apa yang dibacanya. Ini adalah titik awal percakapan yang mengubah hidup. Pejabat Etiopia itu mengakui ketidakpahamannya dan memohon Filipus untuk duduk bersamanya dan menjelaskan makna dari bacaannya.
Filipus pun membuka mulutnya dan, mulai dari nas Kitab Suci yang dibaca oleh pejabat itu, ia memberitakan Injil Yesus Kristus kepadanya. Ini adalah momen di mana Firman Tuhan yang hidup dan Injil keselamatan diperkenalkan kepada seorang yang haus akan kebenaran, seorang yang berasal dari bangsa yang berbeda, namun memiliki hati yang terbuka. Perjumpaan ini menunjukkan bagaimana Roh Kudus bekerja secara pribadi dan spesifik, menghubungkan individu-individu yang tepat pada waktu yang tepat untuk tujuan ilahi.
Ketika mereka melanjutkan perjalanan dan tiba di suatu tempat yang ada airnya, orang Etiopia itu meminta agar ia dibaptis, karena ia percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Filipus memenuhi permintaannya, dan setelah pembaptisan itu, Roh Tuhan mengambil Filipus dari sana, dan orang Etiopia itu melanjutkan perjalanannya dengan sukacita, hatinya dipenuhi oleh kebenaran Injil. Kisah ini menegaskan bahwa pemberitaan Injil tidak mengenal batas geografis maupun etnis.
Ayat penutup, "Tetapi Filipus ditemukan di Azotus, dan sambil melalui daerah itu, ia memberitakan Injil ke semua kota sampai ia tiba di Kaisarea," menggarisbawahi keberlanjutan pelayanan Filipus. Setelah misi spesifik dengan orang Etiopia itu selesai, Filipus tidak berhenti. Ia terus bergerak, melanjutkan mandat agung untuk menyebarkan Kabar Baik. Azotus, sebuah kota kuno di Filistin, menjadi persinggahan berikutnya di mana ia terus memberitakan Injil. Dari sana, ia melanjutkan perjalanannya melalui berbagai kota hingga mencapai Kaisarea, sebuah pusat administratif penting yang kelak menjadi basis pelayanannya.
Kisah ini mengajarkan kita tentang keberanian dalam bersaksi, kepekaan terhadap pimpinan Roh Kudus, dan kuasa Injil yang mampu menjangkau hati dari berbagai latar belakang. Perjalanan Filipus dari Samaria ke jalan sunyi, pertemuannya dengan orang Etiopia, dan keberlanjutan pelayanannya hingga ke Kaisarea, semuanya adalah bukti nyata dari penyebaran Kerajaan Allah yang tak terbendung.