Kisah Para Rasul 8 & 9: Pertobatan Saul yang Mengubah Segalanya

"Tetapi malam itu juga, ketika masih dalam perjalanan untuk melakukan tugasnya, terangnya matahari menyilaukan matanya. Ia rebah ke tanah dan mendengar suara berkata kepadanya: 'Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?'" (Kisah Para Rasul 26:13-14)

Ilustrasi visual kisah Rasul 8 dan 9: Cahaya terang dan sosok yang berubah

Peristiwa di Yerusalem dan Samaria

Kisah Para Rasul pasal 8 membuka lembaran baru dalam penyebaran Injil. Setelah kematian Stefanus, penganiayaan terhadap jemaat mula-mula di Yerusalem semakin meningkat. Banyak orang percaya terpaksa melarikan diri ke Yudea dan Samaria, membawa serta kabar baik ke tempat-tempat baru. Di tengah gejolak ini, ada seorang pemuda bernama Saulus, yang menjadi penganiaya hebat terhadap gereja. Ia tak henti-hentinya menghancurkan rumah-rumah jemaat, menyeret laki-laki dan perempuan, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara.

Namun, di tengah-tengah penganiayaan tersebut, benih-benih Injil justru tertanam. Filipus, salah seorang dari ketujuh diakon, pergi ke kota Samaria dan memberitakan Kristus kepada penduduknya. Mereka mendengar perkataan Filipus, melihat tanda-tanda ajaib yang dilakukannya, dan banyak orang yang bertobat. Bahkan, Simon, seorang tukang sihir yang sebelumnya mempesona banyak orang, juga ikut percaya dan dibaptis. Hal ini menunjukkan bahwa kuasa Injil lebih besar dari kekuatan apapun, bahkan dari sihir.

Pertobatan Saulus di Jalan Damaskus

Pasal 9 membawa titik balik dramatis dalam kisah ini. Saulus, yang penuh semangat untuk membinasakan para pengikut Kristus, masih dalam perjalanan menuju Damaskus dengan surat kuasa dari imam besar. Ia berniat untuk menangkap siapapun yang menganut "Jalan itu" dan membawanya ke Yerusalem. Namun, di tengah perjalanan yang panas, sebuah peristiwa luar biasa terjadi. Tiba-tiba cahaya yang lebih terang dari matahari menyilaukan matanya. Saulus rebah ke tanah dan mendengar suara yang berkata kepadanya, "Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?"

Dengan gemetar, Saulus bertanya, "Siapakah Engkau, Tuhan?" Jawab suara itu, "Akulah Yesus, yang engkau aniaya itu." Perkataan ini menghancurkan segala keyakinan Saulus sebelumnya. Ia yang tadinya merasa benar dalam menganiaya orang Kristen, kini dihadapkan pada kenyataan bahwa ia justru menganiaya Sang Tuhan sendiri. Peristiwa ini adalah momen pertobatan yang paling fundamental. Saulus menjadi buta dan harus dituntun masuk ke Damaskus.

Peran Ananias dan Transformasi Saulus

Di Damaskus, Tuhan memerintahkan seorang murid bernama Ananias untuk pergi menemui Saulus. Ananias awalnya ragu, karena ia tahu reputasi Saulus sebagai penganiaya yang kejam. Namun, Tuhan meyakinkannya bahwa Saulus telah dipilih menjadi alat-Nya untuk menyebarkan nama-Nya kepada bangsa-bangsa lain, raja-raja, dan orang Israel. Ketika Ananias bertemu Saulus, ia menumpangkan tangan padanya, dan seketika itu juga seperti selaput lepas dari matanya, sehingga ia dapat melihat kembali. Saulus dipenuhi Roh Kudus, lalu dibaptis.

Perubahan Saulus sungguh luar biasa. Dari seorang penganiaya menjadi penginjil. Ia mulai memberitakan Yesus di sinagoge-sinagoge bahwa Yesus adalah Anak Allah. Hal ini tentu saja membuat banyak orang terkejut dan bahkan ketakutan, mengingat latar belakang Saulus. Namun, justru inilah keajaiban karya Tuhan: untuk mengubah hati yang keras menjadi hati yang lembut, untuk mentransformasi musuh menjadi sahabat, dan untuk menggunakan orang yang paling tidak mungkin menjadi alat-Nya yang paling berharga. Kisah pertobatan Saulus, yang kemudian dikenal sebagai Paulus, menjadi bukti nyata bahwa tidak ada seorang pun yang terlalu jauh dari jangkauan kasih dan kuasa penebusan Kristus.