Kisah Rasul 9:16

"Sebab Aku akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus Ia tanggung oleh karena nama-Ku."

Kisah Rasul pasal 9, ayat 16 menjadi salah satu penegasan ilahi yang luar biasa mengenai perjalanan pelayanan Rasul Paulus. Ayat ini muncul dalam konteks visi yang diterima Ananias di Damsyik, di mana Tuhan secara langsung berbicara kepadanya tentang hamba-Nya yang baru saja bertobat, Saulus dari Tarsus. Setelah pengalaman dramatis di jalan menuju Damsyik yang menyebabkan Saulus menjadi buta, Tuhan kemudian mengutus Ananias untuk menumpangkan tangan padanya agar ia dapat melihat kembali dan dipenuhi Roh Kudus.

Ayat 16, "Sebab Aku akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus Ia tanggung oleh karena nama-Ku," bukanlah sekadar peringatan pasif, melainkan sebuah janji yang dinamis. Ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus Kristus tidak hanya memanggil Paulus untuk pelayanan, tetapi juga secara sadar mempersiapkannya untuk jalan yang akan ia tempuh. Jalan itu pasti akan dipenuhi dengan tantangan, penganiayaan, dan penderitaan. Penderitaan ini bukanlah kecelakaan atau kegagalan, melainkan bagian integral dari kesaksiannya bagi Kristus.

Pernyataan ini memiliki beberapa implikasi penting. Pertama, ini menegaskan bahwa pelayanan yang sejati sering kali datang dengan harga yang mahal. Sejak awal panggilannya, Paulus diberitahu bahwa ia akan menderita. Ini berbeda dengan gagasan populer tentang kehidupan Kristen yang mudah dan selalu diberkati tanpa kesukaran. Sebaliknya, Alkitab sering kali mengaitkan kesetiaan kepada Kristus dengan kesediaan untuk menanggung penderitaan demi Injil.

Kedua, penderitaan yang disebutkan secara khusus dikaitkan dengan "nama-Ku," yaitu nama Yesus Kristus. Ini berarti bahwa penderitaan Paulus akan menjadi bukti kesetiaannya kepada Kristus. Melalui kesengsaraannya, identitasnya sebagai pengikut Kristus akan diperkuat, dan kesaksiannya tentang kebangkitan dan kuasa Yesus akan semakin bersinar. Penderitaan ini menjadi semacam tanda kehormatan, mengidentifikasikannya dengan Kristus sendiri yang juga menderita demi umat manusia.

Bagi Paulus sendiri, peringatan ini menjadi fondasi bagi pemahamannya tentang Kekristenan. Sepanjang pelayanannya, ia mengalami berbagai kesulitan: pukulan, penjara, ancaman maut, kapal karam, perampokan, bahkan penganiayaan dari sesama Yahudi dan juga dari orang-orang non-Yahudi. Surat-suratnya dipenuhi dengan kesaksian tentang "kekurangan," "kesesakan," "penyakit," "cambuk," "dipenjara," dan "kerusuhan." Namun, ia tidak pernah mengeluh atau berputus asa. Sebaliknya, ia sering kali bersukacita dalam penderitaannya karena ia tahu bahwa itu adalah bagian dari rencana Tuhan dan cara untuk memuliakan Kristus.

Kisah Rasul 9:16, dengan demikian, bukan hanya catatan sejarah, tetapi juga sebuah pengingat abadi bagi semua orang percaya. Ini mengajarkan kita bahwa pelayanan kepada Tuhan sering kali membutuhkan keberanian untuk menghadapi kesulitan. Penderitaan, ketika ditanggung demi Kristus, bukan hanya sesuatu yang harus dihindari, tetapi dapat menjadi alat yang kuat dalam tangan Tuhan untuk membentuk karakter kita, memperkuat iman kita, dan memajukan Injil. Tuhan tidak menjanjikan kehidupan yang bebas dari masalah, tetapi Ia berjanji untuk selalu menyertai kita dalam setiap kesulitan yang kita hadapi karena nama-Nya.