"Lalu Ananias masuk ke rumah itu dan sambil meletakkan tangan ke atasnya ia berkata: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah dengan ramah tampak kepadamu dalam perjalananmu ke mari, telah mengutus aku, supaya engkau dapat melihat kembali dan dipenuhi oleh Roh Kudus."
Ayat dari Kisah Para Rasul 9:17 ini menandai momen krusial dalam sejarah Kekristenan: pertobatan Saulus dari Tarsus, yang kemudian dikenal sebagai Rasul Paulus. Peristiwa ini bukan hanya mengubah jalan hidup seorang individu, tetapi juga membuka jalan bagi penyebaran Injil ke seluruh penjuru dunia Romawi. Saulus, sebelum pertemuannya dengan Tuhan Yesus, adalah seorang farisi yang saleh namun sangat fanatik, yang menganggap pengikut Yesus sebagai penyesat dan ancaman bagi Yudaisme. Ia aktif menganiaya orang-orang Kristen, bahkan turut serta dalam pengusulan hukuman mati Stefanus, martir Kristen pertama.
Dalam perjalanannya menuju Damsyik, dengan surat kuasa dari Mahkamah Agama untuk menangkap orang-orang Kristen di sana, Saulus mengalami sebuah penampakan luar biasa. Cahaya yang lebih terang dari matahari menyilaukan matanya, dan sebuah suara bertanya kepadanya, "Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?" Saulus terkejut dan bertanya, "Siapakah Engkau, Tuhan?" Jawab suara itu, "Akulah Yesus, yang kauaniaya." Pengalaman dramatis ini membuat Saulus buta secara fisik dan terguncang secara spiritual. Ia dibawa ke Damsyik dalam keadaan buta dan dirawat oleh para pengikut Yesus.
Di sinilah peran Ananias menjadi sangat penting, seperti yang digambarkan dalam ayat ini. Ananias, seorang murid Yesus yang taat di Damsyik, awalnya ragu ketika Tuhan memerintahkannya untuk menemui Saulus. Ia tahu reputasi Saulus sebagai penganiaya. Namun, Tuhan meyakinkannya bahwa Saulus telah dipilih-Nya sebagai alat-Nya. Ananias kemudian datang menemui Saulus, meletakkan tangan di atasnya, dan menyampaikan pesan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus sendiri.
Pesan Ananias dalam ayat 17 sangat kuat. Ia menyebut Saulus sebagai "Saulus, saudaraku," sebuah panggilan yang mengherankan mengingat permusuhan Saulus sebelumnya. Ini menunjukkan belas kasihan dan rencana pengampunan Tuhan. Ia juga menjelaskan tujuan pengutusannya: agar Saulus "dapat melihat kembali" secara fisik dan "dipenuhi oleh Roh Kudus." Penglihatan fisik Saulus yang hilang akan dipulihkan, dan yang lebih penting, ia akan mengalami penglihatan rohani baru melalui pengisian Roh Kudus.
Peristiwa ini adalah titik balik yang monumental. Segera setelah itu, Saulus dipenuhi Roh Kudus, penglihatannya dipulihkan, dan ia mulai memberitakan Yesus Kristus dengan semangat yang sama seperti sebelumnya ia menganiaya-Nya. Kisah Saulus, dari penganiaya menjadi rasul, menjadi bukti nyata dari kuasa transformasi ilahi. Ini mengajarkan kita bahwa tidak ada seorang pun yang terlalu jauh dari jangkauan kasih dan pengampunan Tuhan. Tuhan dapat mengubah hati yang paling keras sekalipun menjadi alat-Nya yang paling berguna. Kisah Rasul 9:17 mengingatkan kita akan keajaiban pertobatan dan bagaimana Tuhan bekerja melalui orang-orang yang bersedia menjadi saluran-Nya, bahkan untuk mereka yang dulunya adalah musuh.