Kisah Para Rasul adalah sebuah catatan sejarah yang luar biasa mengenai perkembangan awal gereja Kristen dan kesaksian para murid Yesus setelah kenaikan-Nya ke surga. Dua pasal yang sangat penting dalam kitab ini, yaitu pasal 9 dan pasal 20, memberikan gambaran yang mendalam tentang transformasi dramatis seorang tokoh kunci: Saulus, yang kemudian dikenal sebagai Rasul Paulus. Kisah ini bukan hanya tentang satu individu, tetapi juga tentang bagaimana rencana ilahi dapat bekerja melalui orang-orang yang paling tidak terduga sekalipun untuk menyebarkan kabar baik keselamatan.
Pasal 9 membuka dengan gambaran Saulus yang masih gigih menganiaya orang-orang percaya di Damsyik. Ia begitu penuh semangat dan keyakinan dalam agamanya, namun berada di jalan yang salah. Peristiwa di jalan menuju Damsyik merupakan titik balik yang monumental. Cahaya yang menyilaukan dari surga dan suara Yesus sendiri yang berkata, "Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?" mengubah segalanya. Perjumpaan ini tidak hanya membuatnya buta secara fisik untuk sementara waktu, tetapi juga membuka matanya secara rohani. Ia mengalami perjumpaan langsung dengan Kristus yang bangkit, yang kemudian membentuk seluruh sisa hidupnya.
Setelah mengalami pemulihan penglihatan dan baptisan, Saulus, yang kini menjadi Paulus, tidak lagi menjadi penganiaya melainkan menjadi penginjil yang paling bersemangat. Ia mendedikasikan dirinya untuk memberitakan Injil Kristus, bukan hanya kepada orang Yahudi tetapi juga kepada bangsa-bangsa lain. Bab 9 menyoroti awal mula pelayanan Paulus, yang sering kali dipenuhi dengan tantangan dan penolakan, namun juga menunjukkan keberanian dan keteguhannya yang luar biasa. Kesaksiannya menjadi bukti hidup bahwa kasih karunia Allah mampu mengubah hati yang paling keras sekalipun.
Beranjak ke pasal 20, kita melihat gambaran Paulus yang lebih dewasa dalam pelayanannya. Pasal ini mencakup perjalanan misi Paulus yang ketiga, sebuah periode yang sangat produktif dalam menyebarkan Injil ke seluruh wilayah Asia Kecil dan Yunani. Kita melihat Paulus yang gigih, rela menghadapi berbagai kesulitan, bahaya, bahkan ancaman maut demi memberitakan Kristus. Perpisahannya dengan para penatua di Efesus, seperti yang dicatat di pasal 20, adalah momen yang sangat emosional. Paulus mengingatkan mereka akan pelayanannya yang setia dan mendorong mereka untuk terus menjaga kawanan domba Allah.
Kisah Para Rasul 20 juga menegaskan pentingnya kesetiaan dalam pelayanan. Paulus tidak hanya mengajarkan Firman, tetapi juga memberikan teladan hidup dalam kerja keras, kerendahan hati, dan pengabdian total kepada Tuhan. Ia mengingatkan para penatua bahwa ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk memberitakan Injil, dan ia siap untuk memberikan nyawanya demi Kristus. Kata-katanya di Efesus menjadi warisan rohani yang berharga bagi gereja, sebuah panggilan untuk terus maju dalam iman dan pelayanan, bahkan ketika menghadapi kesulitan.
Secara keseluruhan, Kisah Para Rasul 9 dan 20 memberikan pelajaran berharga tentang kekuatan transformasi ilahi dan panggilan untuk melayani dengan setia. Dari seorang penganiaya yang garang, Saulus menjadi Rasul Paulus yang tak kenal lelah, yang melalui pelayanannya, Injil menyebar lebih luas dari yang pernah dibayangkan. Kisah mereka menginspirasi kita untuk merefleksikan bagaimana kita, dalam konteks kehidupan kita sendiri, dapat menjadi saksi Kristus yang gigih dan penuh kasih, menjawab panggilan-Nya dengan hati yang tulus dan semangat yang membara.