Kisah Para Rasul pasal 9 mencatat salah satu peristiwa paling transformatif dalam sejarah Kekristenan: pertobatan Saulus dari Tarsus, yang kemudian dikenal sebagai Rasul Paulus. Ayat keenam, "Bangunlah, pergilah ke kota, dan di sana akan diberitahukan kepadamu apa yang harus kau perbuat," adalah inti dari momen ilahi yang mengubah hidupnya secara radikal. Sebelum momen ini, Saulus adalah seorang Farisi yang taat, seorang penganiaya gereja yang gigih, yang percaya bahwa ia sedang melakukan kehendak Allah dengan menindas para pengikut Yesus. Ia memiliki surat tugas dari Mahkamah Agama untuk mencari dan menangkap orang-orang Kristen di Damsyik.
Perjumpaan di Jalan Menuju Damsyik
Dalam perjalanan menuju Damsyik, sebuah cahaya yang amat terang dari langit menyilaukan Saulus dan orang-orang yang menyertainya. Mereka pun jatuh ke tanah. Terdengar suara berkata kepadanya, "Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?" Saulus bertanya, "Siapakah Engkau, Tuhan?" Jawab-Nya, "Akulah Yesus, yang kau aniaya."
Ayat 6 yang menjadi fokus kita ini adalah perintah langsung dari Yesus yang baru saja menyatakan Diri-Nya. Ini bukanlah pertanyaan, melainkan sebuah arahan yang tegas dan penuh otoritas. Tiga hal penting terkandung dalam perintah ini: "Bangunlah," yang menunjukkan perlunya bangkit dari kejatuhan dan keadaan tak berdaya; "pergilah ke kota," yang mengarahkan Saulus dari jalannya yang sekarang menuju tujuan baru; dan yang paling krusial, "di sana akan diberitahukan kepadamu apa yang harus kau perbuat." Perintah terakhir ini menandakan penyerahan diri Saulus pada kehendak ilahi. Ia tidak lagi memegang kendali atas rencananya sendiri, melainkan siap menerima instruksi dari sumber otoritas yang tertinggi.
Implikasi dan Perubahan
Peristiwa ini bukan sekadar pertemuan biasa. Ini adalah panggilan ilahi yang mendalam. Saulus, yang tadinya bersemangat untuk memusnahkan gereja, kini diarahkan untuk menjadi salah satu pilar utamanya. Keengganannya untuk mengikuti perintah Yesus, meskipun ia jatuh ke tanah, segera sirna. Ia yang tadinya memiliki visi yang jelas tentang misinya untuk menganiaya orang Kristen, kini harus belajar menerima visi baru yang sama sekali berbeda. Ia menjadi buta secara fisik, sebuah pengingat akan kebutaan rohaninya sebelumnya.
Perintah untuk "pergi ke kota" menandakan permulaan sebuah perjalanan baru, baik secara fisik maupun spiritual. Di Damsyik, ia akan bertemu dengan Ananias, seorang murid yang diperintahkan Tuhan untuk pergi kepadanya, menyembuhkan kebutaannya, dan memberinya instruksi lebih lanjut tentang pelayanannya. Transformasi Saulus dari penganiaya menjadi penginjil yang gigih adalah bukti nyata kuasa kasih dan pengampunan Allah. Kisah ini terus menginspirasi jutaan orang untuk percaya bahwa tidak ada seorang pun yang terlalu jauh dari jangkauan penebusan, dan bahwa Allah dapat menggunakan siapa saja, bahkan yang paling bersalah sekalipun, untuk tujuan-Nya yang mulia. Perintah sederhana di tengah cahaya ilahi itu membuka jalan bagi pelayanan yang tak terhitung jumlahnya, surat-surat yang membentuk dasar teologi Kristen, dan sebuah kesaksian abadi tentang kekuatan perubahan yang dibawa oleh perjumpaan dengan Yesus Kristus.