"Lalu bangunlah Saulus dari tanah itu, tetapi ketika ia membuka matanya, ia tidak dapat melihat apa-apa; karena itu ia dituntun orang dan dibawa ke Damsyik."
Kisah Para Rasul 9:8 mencatat momen krusial dalam sejarah Kekristenan: sebuah transformasi radikal pada diri Saulus, yang kelak dikenal sebagai Rasul Paulus. Sebelum peristiwa ini, Saulus adalah seorang penganiaya gereja yang gigih, bersemangat dalam imannya yang Yahudi dan memandang pengikut Yesus sebagai sesat yang perlu dihancurkan.
Dalam perjalanannya menuju Damsyik, dengan tujuan untuk menangkap dan memenjarakan lebih banyak orang Kristen, Saulus tiba-tiba diselimuti oleh cahaya yang lebih terang dari matahari. Cahaya ini begitu dahsyat sehingga ia jatuh tersungkur ke tanah. Dalam keadaan kebingungan dan ketakutan, ia mendengar suara yang berkata kepadanya, "Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?" Suara itu adalah suara Yesus Kristus sendiri, yang bangkit dan hidup.
Ayat 8, "Lalu bangunlah Saulus dari tanah itu, tetapi ketika ia membuka matanya, ia tidak dapat melihat apa-apa; karena itu ia dituntun orang dan dibawa ke Damsyik," menggambarkan dampak fisik dari pengalaman surgawi ini. Kebutaan yang dialami Saulus bukanlah sekadar kebutaan fisik biasa. Ini adalah manifestasi dari keterkejutan luar biasa yang dialami jiwanya. Penglihatan duniawinya dihilangkan untuk memberi jalan bagi penglihatan rohani yang baru.
Ia yang tadinya memandang hina dan menganiaya para pengikut Kristus, kini menjadi buta terhadap dunia fisik, namun hatinya mulai terbuka untuk melihat kebenaran ilahi. Kebutaan ini menjadi sebuah jeda paksa, sebuah momen refleksi mendalam yang memaksanya untuk mempertanyakan segala keyakinan dan tindakannya selama ini. Di Damsyik, ia kemudian bertemu dengan Ananias, seorang murid Yesus yang diperintahkan Tuhan untuk memulihkan penglihatannya dan menahbiskan Saulus menjadi hamba-Nya.
Peristiwa ini menjadi titik balik yang monumental. Saulus, sang penganiaya, berubah menjadi Paulus, sang rasul terbesar bagi bangsa-bangsa non-Yahudi. Kebutaan yang dialaminya adalah simbol pembersihan, pembaharuan total, dan pembukaan mata hati terhadap realitas spiritual yang sebelumnya ditolaknya. Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan dapat bekerja dalam cara yang paling tak terduga, bahkan melalui kegelapan yang paling pekat sekalipun, untuk membawa terang dan tujuan baru bagi kehidupan seseorang.
Perjalanan Saulus, dari penganiaya menjadi pengkhotbah Injil, adalah bukti kuasa transformasi Yesus Kristus. Kebutaan sementara yang dialaminya justru membuka jalan bagi pandangannya yang baru dan teguh dalam iman. Ia menjadi teladan bagi kita semua, bahwa perubahan sejati datang dari dalam dan seringkali dipicu oleh pengalaman yang mendalam, yang menantang cara kita memandang dunia dan diri kita sendiri.