Ayat Alkitab Kolose 2:22 merupakan pengingat yang kuat tentang sifat dasar dan tujuan akhir dari ajaran dan perintah yang berasal semata-mata dari pemikiran dan tradisi manusia. Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, dengan tegas menyatakan bahwa segala sesuatu yang didasarkan pada "perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia" pada akhirnya akan "menuju kepada kebinasaan oleh pemakaiannya." Ungkapan ini menggarisbawahi kekosongan spiritual dan ketidakberdayaan sistem manusia dalam memberikan pemenuhan abadi atau kebenaran hakiki.
Dalam konteks surat Kolose, Paulus sedang memerangi berbagai ajaran sesat yang mulai merasuki jemaat, seperti unsur-unsur mistisisme, legalisme, dan filosofi manusiawi. Ajaran-ajaran ini, meskipun mungkin terdengar bijaksana atau berorientasi spiritual bagi sebagian orang, sebenarnya hanyalah bayangan semu dari kebenaran yang sejati yang ditemukan dalam Kristus. Mereka menawarkan jalan keselamatan atau kedekatan dengan Tuhan melalui peraturan-peraturan yang ketat, ritual, atau pengetahuan khusus yang dikembangkan oleh manusia.
Sifat Fana Ajaran Manusia
Kata "pemakaiannya" dalam ayat ini merujuk pada penggunaan atau praktik dari ajaran-ajaran tersebut. Artinya, ketika manusia berpegang teguh pada sistem nilai, norma, atau peraturan yang mereka ciptakan sendiri tanpa mendasarkan pada firman Tuhan yang ilahi, praktik-praktik tersebut tidak akan menghasilkan buah yang kekal. Sebaliknya, mereka akan membawa pada kehampaan, kekecewaan, dan pada akhirnya menuju kehancuran. Ajaran manusia bersifat fana dan terbatas, tidak mampu menjangkau kedalaman kebutuhan rohani manusia maupun memberikan solusi permanen atas masalah dosa dan kematian.
Kontras dengan Kebenaran Ilahi
Ayat ini secara implisit menempatkan ajaran manusia dalam kontras tajam dengan ajaran Kristus. Melalui Kristus, kita memiliki pengampunan dosa, hidup yang berkelimpahan, dan jaminan keselamatan abadi. Kebijaksanaan ilahi yang ditawarkan dalam firman Tuhan bukan berasal dari akal manusia yang terbatas, melainkan dari sumber kehidupan itu sendiri. Berbeda dengan ajaran manusia yang "menuju pada kebinasaan," kebenaran dari Tuhan memberikan kehidupan dan pembaruan yang kekal.
Memahami Kolose 2:22 mendorong kita untuk secara kritis mengevaluasi setiap ajaran yang kita terima, baik dari sumber keagamaan maupun sekuler. Apakah ajaran tersebut berakar pada firman Tuhan yang kekal ataukah ia hanya merupakan hasil pemikiran dan tradisi manusia yang cepat berlalu? Komitmen untuk mencari hikmat dari Sumber yang tak terbatas akan melindungi kita dari terjerumus ke dalam kekosongan ajaran-ajaran yang, meskipun terlihat meyakinkan, pada akhirnya hanya membawa pada kehancuran.