Lukas 1:62

"Ketika itu mereka memberi isyarat kepada ayahnya, untuk menanyakan nama apa yang hendak diberikannya kepadanya."

Kabar Baik

Simbol komunikasi dan kejelasan

Mukjizat Kebahagiaan Zacharias: Sebuah Kisah Harapan

Ayat Lukas 1:62 membawa kita pada momen krusial dalam kisah kelahiran Yohanes Pembaptis. Setelah sekian lama terdiam akibat ketidakpercayaannya terhadap firman malaikat Gabriel, Zacharias akhirnya mendapatkan kembali kemampuannya untuk berbicara. Momen ini bukan sekadar pemulihan fisik, melainkan sebuah tanda ilahi yang mengukuhkan kebenaran nubuat tentang kelahiran putranya yang luar biasa. Kebisuan yang dialaminya menjadi pengingat kuat akan kekuasaan Tuhan yang melampaui logika manusia.

Peristiwa ini terjadi di tengah-tengah keluarga yang penuh dengan iman dan ketaatan kepada Tuhan, yaitu Zacharias dan Elisabet. Keduanya adalah orang benar di hadapan Allah, tetapi perjalanan mereka menuju memiliki anak dipenuhi penantian panjang dan mungkin juga kesedihan. Namun, iman mereka tidak pernah padam. Ketika malaikat Gabriel datang membawa kabar sukacita tentang kelahiran Yohanes, Zacharias sempat ragu. Ketidakpercayaan itu membuatnya dihukum dengan kehilangan suara hingga tibanya saat kelahiran dan penamaan anaknya. Ayat 62 menggambarkan puncak dari periode penantian tersebut, di mana penduduk kampung mereka, melihat keajaiban yang terjadi, segera bertanya kepada Zacharias mengenai nama yang akan diberikan untuk sang bayi.

Isyarat dan Jawaban Iman

Keputusan untuk memberi nama anak adalah tradisi penting yang sering kali memiliki makna mendalam, terutama dalam konteks Yahudi. Dalam kasus ini, Zacharias diuji untuk menunjukkan ketaatannya yang kini diperbarui dan keyakinannya pada pesan ilahi. Ia tidak lagi ragu. Melalui isyarat, ia meminta sebuah loh atau papan tulis. Di atasnya, dengan mantap, ia menulis nama yang telah ditentukan oleh surga: "Yohanes." Nama ini sendiri berarti "Allah Maha Pemurah" atau "Allah telah memberi anugerah," sebuah nama yang sangat sesuai dengan perjalanan iman Zacharias dan Elisabet serta peran Yohanes kelak sebagai pembuka jalan bagi Sang Mesias.

Saat Zacharias menulis nama itu, mukjizat lain terjadi: lidahnya terbebas, dan ia mulai berbicara, bahkan memuji Allah. Suaranya yang kembali bukan hanya kelegaan pribadi, tetapi juga menjadi kesaksian hidup bagi semua orang yang menyaksikan. Seluruh peristiwa ini memberikan dampak besar. Kabar tentang kelahiran Yohanes, keajaiban yang menyertainya, dan kemampuan bicara Zacharias yang kembali, menyebar luas ke seluruh pegunungan Yudea. Orang-orang yang mendengarnya merenungkannya, bertanya-tanya apakah anak ini akan menjadi pribadi yang luar biasa di mata Tuhan, sebagaimana yang dijanjikan.

Pelajaran tentang Pengharapan dan Ketaatan

Kisah Zacharias dalam Lukas 1:62 mengajarkan kita tentang kekuatan iman yang teguh, bahkan di tengah keraguan dan penantian yang panjang. Tuhan itu setia pada janji-Nya, dan Dia sering kali bekerja melalui cara-cara yang tidak terduga untuk menggenapi rencana-Nya. Kebisuan Zacharias adalah periode ujian, tetapi juga persiapan. Saat waktunya tiba, Tuhan tidak hanya mengembalikannya kemampuannya berbicara, tetapi juga memberinya keberanian dan kejelasan untuk menamai anaknya sesuai kehendak-Nya.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap tantangan hidup, ada potensi mukjizat yang bisa terjadi jika kita tetap berpegang pada Tuhan. Kebahagiaan Zacharias bukan hanya karena memiliki anak setelah penantian, tetapi karena ia telah kembali sepenuhnya dalam persekutuan dan ketaatan kepada Allah. Ia menjadi bukti nyata bahwa kebenaran firman Tuhan tidak pernah gagal, dan bahwa kesabaran serta ketaatan akan selalu berujung pada berkat yang melimpah.