"Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa yang terjadi di situ."
Ayat Lukas 15:26 ini, meskipun terdengar sederhana, menyimpan makna yang mendalam mengenai cara Allah bekerja dalam kehidupan kita, terutama ketika kita merasa tersesat atau jauh dari jalan yang benar. Ayat ini merupakan bagian dari perumpamaan tentang anak yang hilang, sebuah narasi yang begitu kuat menggambarkan kasih dan pengampunan Bapa di surga. Ketika anak bungsu itu, setelah menghambur-hamburkan hartanya dalam kehidupannya yang liar, akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah ayahnya, ada sebuah dialog yang menarik terjadi.
Setelah sang anak mengambil keputusan untuk bertobat dan pulang, dalam perjalanannya, ayahnya sudah melihatnya dari jauh. Namun, ayat ini menyoroti reaksi pertama sang ayah begitu anak itu tiba di rumah. Ia tidak menunggu, ia tidak menghakimi, melainkan ia langsung memanggil salah seorang hambanya. Tindakan ini menunjukkan bahwa sang ayah telah merindukan kedatangan anaknya dan ingin segera memahami situasinya. Ia ingin mengetahui apa yang telah terjadi, bukan dengan maksud untuk mencari kesalahan, tetapi dengan kerinduan untuk memulihkan dan merangkul kembali anaknya yang hilang.
Dalam konteks rohani, pemanggilan hamba ini dapat diibaratkan sebagai cara Allah untuk memahami keadaan kita ketika kita kembali kepada-Nya, atau ketika kita membutuhkan pemulihan. Allah, dalam kasih-Nya yang tak terbatas, tidak pernah meninggalkan kita. Dia senantiasa menunggu kepulangan kita dengan tangan terbuka. Ketika kita mengakui kesalahan kita dan berbalik kepada-Nya, Allah tidak mempermalukan kita. Sebaliknya, Dia siap untuk memulihkan, menyembuhkan, dan memberi kita kehidupan baru.
Pertanyaan yang diajukan oleh ayah kepada hambanya, "apa yang terjadi di situ," mencerminkan kepedulian Allah terhadap detail kehidupan kita. Dia ingin tahu apa yang telah kita alami, apa yang telah membentuk kita, dan bagaimana Dia dapat membantu kita dalam perjalanan pemulihan. Ini bukan tentang interogasi, tetapi tentang keinginan untuk memberikan respons yang tepat dan penuh kasih. Seperti sang ayah yang segera ingin mengenakan pakaian terbaik untuk anaknya, menyematkan cincin, dan mengadakan pesta, demikian pula Allah siap memberikan segala yang terbaik bagi umat-Nya yang kembali dengan hati yang tulus.
Ayat Lukas 15:26 mengajarkan kita bahwa bahkan dalam momen-momen ketidakpastian atau ketidakjelasan, kasih Allah tetap bekerja. Dia menggunakan cara-cara-Nya untuk memulihkan kita, seringkali melalui orang lain atau keadaan yang Dia atur. Intinya adalah bahwa Dia sangat peduli dengan kita dan menginginkan yang terbaik untuk kita. Ketika kita merasa tersesat, ingatlah bahwa ada Bapa yang selalu menunggu, siap untuk mendengar, memulihkan, dan merayakan kembalinya kita. Kasih-Nya begitu besar, begitu tak bersyarat, dan selalu siap untuk menjangkau kita.