"Lalu katanya kepada orang itu: 'Bapamu itu menyuruh mengatakan: Anakmu yang hidup itu telah kembali, dan bapamu itu menyembelih lembu tambun, karena ia bersukacita ia mendapat kembali ia yang hilang.'"
Ilustrasi kegembiraan penyambutan yang kembali.
Ayat Lukas 15:27 ini adalah bagian dari perumpamaan Yesus tentang Anak yang Hilang. Perumpamaan ini memberikan gambaran yang kuat tentang kasih dan pengampunan Allah yang tak terbatas. Dalam konteks cerita, seorang anak muda memutuskan untuk meninggalkan rumahnya, menghabiskan semua warisannya dalam kehidupan yang penuh dosa dan kesia-siaan. Ketika ia akhirnya sadar akan keadaannya yang menyedihkan, ia memutuskan untuk kembali kepada ayahnya, bukan dengan harapan akan penerimaan, tetapi sekadar untuk menjadi salah satu pekerjanya.
Namun, respons sang ayah jauh melampaui ekspektasi anak itu. Sang ayah, yang setiap hari menanti kepulangan anaknya, melihatnya dari kejauhan. Alih-alih amarah atau penghakiman, sang ayah dipenuhi belas kasihan. Ia berlari, memeluk, dan mencium anaknya. Ini adalah gambaran kasih yang tanpa syarat, sebuah penerimaan total atas segala kesalahan dan kesesatan yang telah dilakukan.
Kata-kata dalam Lukas 15:27, "Bapamu itu menyuruh mengatakan: Anakmu yang hidup itu telah kembali, dan bapamu itu menyembelih lembu tambun, karena ia bersukacita ia mendapat kembali ia yang hilang," menegaskan betapa besar sukacita yang dirasakan sang ayah. Tindakan menyembelih lembu tambun bukanlah hal yang biasa. Ini adalah perayaan besar, sebuah pesta yang menunjukkan betapa berharganya anak yang kembali itu. Lembu tambun adalah binatang peliharaan terbaik, yang disiapkan untuk acara-acara istimewa. Kehilangan anak ini dianggap sebagai kematian, dan kepulangannya adalah kebangkitan, hidup kembali.
Perumpamaan ini tidak hanya berbicara tentang hubungan manusia, tetapi juga tentang hubungan kita dengan Allah. Setiap kali seseorang yang tersesat berbalik kepada Tuhan, ada sukacita yang luar biasa di surga. Para malaikat dan Allah sendiri bersukacita atas pertobatan satu orang berdosa. Ini menunjukkan bahwa Allah sangat menghargai setiap jiwa dan merindukan setiap orang untuk kembali kepada-Nya. Kegagalan atau kesalahan bukan akhir dari segalanya, terutama ketika ada keinginan tulus untuk bertobat dan kembali.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mungkin pernah merasa tersesat, melakukan kesalahan, atau menjauh dari jalan yang benar. Perumpamaan ini memberi kita harapan yang besar. Allah tidak pernah berhenti menanti. Dia selalu siap untuk memeluk kita kembali dengan tangan terbuka, sama seperti sang ayah dalam cerita itu. Tindakan penyembelihan lembu tambun menjadi metafora untuk berkat dan pengampunan yang melimpah yang Dia sediakan bagi mereka yang kembali kepada-Nya.
Pesan Lukas 15:27 ini adalah pengingat yang indah bahwa kasih Allah bersifat tanpa syarat dan tak terbatas. Dia merayakan kembalinya setiap jiwa yang tersesat. Ini menginspirasi kita untuk tidak pernah putus asa dalam pencarian kita akan kebenaran, dan untuk selalu tahu bahwa pintu pengampunan dan sukacita ilahi selalu terbuka lebar bagi kita. Ketika kita kembali kepada-Nya, kita tidak hanya menemukan kedamaian, tetapi juga bergabung dalam pesta besar kebahagiaan yang dirayakan di surga.