Ayat Lukas 18:40 adalah momen penting dalam kisah penyembuhan Bartimeus, seorang pengemis buta. Kejadian ini bukan sekadar tentang kesembuhan fisik, melainkan sebuah pelajaran mendalam tentang keterbukaan hati, iman, dan bagaimana kita merespons kasih ilahi. Dalam kesibukan dan kebisingan Yerikho, Bartimeus mendengar Yesus lewat. Suaranya yang lemah namun penuh harapan meneriakkan permohonan, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!".
Meskipun banyak orang mencoba membungkamnya, Bartimeus justru semakin berseru. Ini menunjukkan tekad yang kuat dan keyakinan yang tak tergoyahkan pada Yesus. Ia tidak membiarkan rintangan atau pendapat orang lain memadamkan harapannya. Ketika Yesus akhirnya berhenti dan menyuruhnya dibawa kepada-Nya, momen krusial pun tiba. Yesus, Sang Sumber Kehidupan dan Kasih, bertanya, "Apa yang engkau ingin Aku perbuat bagimu?"
Pertanyaan ini mungkin terdengar sederhana, tetapi memiliki kedalaman makna. Yesus tidak berasumsi tentang apa yang diinginkan Bartimeus. Ia memberikan ruang bagi Bartimeus untuk mengungkapkan kebutuhannya secara langsung. Ini adalah cerminan dari cara Tuhan bekerja dalam hidup kita. Tuhan selalu membuka kesempatan bagi kita untuk berkomunikasi dengan-Nya, untuk menyatakan kerinduan terdalam hati kita. Ia tidak memaksakan kehendak-Nya, melainkan mengundang kita untuk berpartisipasi dalam rencana-Nya.
Bartimeus, dalam kebutaannya, memiliki pandangan yang jauh lebih jelas tentang apa yang ia butuhkan: "Tuhan, aku ingin dapat melihat kembali." Permohonan ini didasari oleh iman yang sudah teruji. Segera setelah itu, Yesus bersabda, "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau." Kalimat ini mengandung dua poin penting: kesembuhan fisik dan keselamatan spiritual. Penyembuhan fisik adalah bukti nyata dari kuasa Yesus, tetapi implikasi yang lebih dalam adalah bagaimana iman Bartimeus yang membawanya pada pemulihan yang sejati.
Dalam kehidupan modern, kita seringkali dihadapkan pada berbagai "kebutaan" - baik itu ketidakmampuan melihat peluang, ketidakmampuan memahami kebenaran, atau ketidakmampuan merasakan kehadiran Tuhan. Seperti Bartimeus, kita perlu memiliki keberanian untuk berseru kepada Yesus. Kita perlu membuka hati kita, bukan hanya untuk meminta kesembuhan atau solusi atas masalah duniawi, melainkan untuk menerima kasih dan bimbingan-Nya. Pertanyaan Yesus, "Apa yang engkau ingin Aku perbuat bagimu?" seharusnya menjadi renungan harian kita. Apa yang benar-benar kita inginkan dari Tuhan? Apakah kita membuka diri untuk menerima apa yang Ia rencanakan bagi kita, bahkan jika itu berbeda dari harapan awal kita?
Kisah ini mengajarkan kita bahwa Tuhan mendengar seruan hati yang tulus. Ia melihat iman, bukan hanya kesempurnaan fisik atau status sosial. Dengan keterbukaan hati, kita bisa merespons kasih-Nya dan mengalami transformasi yang menyeluruh, seperti Bartimeus yang tidak hanya mendapatkan kembali penglihatannya, tetapi juga diselamatkan oleh imannya. Mari kita terus membuka diri, berseru kepada-Nya, dan menerima anugerah-Nya dengan iman yang teguh.