Lukas 22:66 - Yesus Diadili Majelis

"Ketika hari mulai siang, berkumpullah sidang para tua-tua bangsa itu, para imam kepala dan ahli Taurat, lalu mereka membawa Dia ke Mahkamah Agama mereka."

Momen Kritis Pengadilan

Sebuah ilustrasi visual dari momen pengadilan Yesus.

Ayat Lukas 22:66 membawa kita ke sebuah titik krusial dalam narasi Injil, yaitu momen ketika Yesus, setelah melewati serangkaian peristiwa dramatis semalam, dibawa ke hadapan Mahkamah Agama Yahudi. Kata-kata "Ketika hari mulai siang" menandai transisi dari kegelapan malam yang penuh dengan pengkhianatan dan penangkapan, menuju terang fajar yang akan menyibak kebenaran di hadapan para pemimpin agama.

Para tokoh yang berkumpul bukanlah sembarang orang. Mereka adalah "sidang para tua-tua bangsa itu, para imam kepala dan ahli Taurat." Ini adalah otoritas tertinggi dalam tatanan keagamaan dan hukum Yahudi pada masa itu. Mereka mewakili institusi yang seharusnya menjaga kebenaran dan keadilan, namun dalam kasus Yesus, peran mereka akan menjadi sangat ironis. Para imam kepala, yang seharusnya menjadi penjaga kesucian Bait Allah, bersama dengan para tua-tua yang memegang kendali masyarakat, dan para ahli Taurat yang mendalami hukum ilahi, semuanya berkumpul untuk menghakimi pribadi yang mereka anggap sebagai penentang tatanan.

Tindakan mereka membawa Yesus "ke Mahkamah Agama mereka" menunjukkan bahwa ini adalah sebuah proses resmi, setidaknya dari sudut pandang mereka. Mahkamah Agama, yang dikenal sebagai Sanhedrin, adalah badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang memegang kekuasaan besar. Pengadilan ini bukan hanya sekadar pertemuan informal, melainkan sebuah sidang yang dipimpin oleh para pemimpin yang memiliki otoritas untuk menentukan nasib seseorang. Namun, sudah sejak awal, motif di balik pertemuan ini terasa miring. Yesus telah ditangkap secara sembunyi-sembunyi, disidang tanpa saksi yang kredibel, dan diperlakukan dengan penghinaan.

Ayat ini adalah pengantar untuk serangkaian persidangan yang akan dihadapi Yesus, baik di hadapan Sanhedrin sendiri maupun kemudian di hadapan otoritas Romawi. Ini adalah titik balik yang mengarah pada keputusan untuk menghukum mati Dia, sebuah keputusan yang akan memiliki dampak monumental bagi seluruh sejarah manusia. Dengan kata-kata yang lugas, Lukas menggambarkan sebuah momen penting yang menunjukkan bagaimana kekuatan duniawi, bahkan yang berlindung di balik label agama, dapat berkonspirasi untuk membungkam kebenaran yang mengancam.

Struktur keagamaan yang seharusnya menjadi pelindung kebenaran justru berbalik menjadi alat penindasan. Para pemimpin yang seharusnya mengajarkan kasih dan keadilan justru memimpin sebuah proses yang penuh dengan intrik dan kebencian. Lukas 22:66 mengingatkan kita untuk selalu waspada terhadap kemunafikan dan penggunaan kekuasaan untuk tujuan yang salah, serta untuk mencari kebenaran sejati di tengah keramaian dunia.