Lukas 22:67 - Pertanyaan tentang Identitas

"Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami."

Konteks dan Makna

Ayat Lukas 22:67 ini muncul dalam narasi yang sangat dramatis dalam Perjanjian Baru. Setelah Yesus ditangkap di Taman Getsemani, Ia dibawa ke hadapan para pemimpin agama Yahudi untuk diinterogasi. Periode ini penuh dengan kesengsaraan, pengkhianatan, dan pertanyaan-pertanyaan yang menekan.

Dalam momen yang genting ini, para penuduh-Nya, yang terdiri dari para imam kepala dan tua-tua, mengajukan pertanyaan yang lugas dan penuh tantangan: "Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami." Pertanyaan ini bukanlah sebuah permintaan informasi yang tulus, melainkan sebuah jebakan. Mereka mencari alasan untuk mendakwa Yesus, dan jika Ia mengklaim diri sebagai Mesias, mereka berencana menggunakan pernyataan itu untuk menghukum-Nya.

Penyangkalan dan Penolakan

Respons Yesus terhadap pertanyaan ini, yang tercatat dalam ayat-ayat berikutnya dalam pasal yang sama (Lukas 22:68-70), adalah sebuah penolakan yang tegas untuk secara langsung mengkonfirmasi atau menyangkal klaim tersebut di hadapan para penuduh-Nya. Ia menjawab, "Kalau Aku berkata kepadamu, kamu tidak akan percaya, dan kalau Aku bertanya kepadamu, kamu tidak akan menjawab."

Ini menunjukkan kedalaman penolakan dan ketidakpercayaan yang sudah ada pada pihak para pemimpin agama. Mereka tidak datang dengan hati yang terbuka untuk mencari kebenaran, melainkan dengan niat jahat untuk menjatuhkan Yesus. Yesus, dalam kebijaksanaan-Nya, mengetahui bahwa pernyataan apa pun yang keluar dari mulut-Nya tidak akan diterima dengan baik oleh mereka yang sudah bertekad untuk menghukum-Nya.

Implikasi Teologis

Ayat Lukas 22:67, bersama dengan respons Yesus, menyoroti tema sentral dalam Injil: penolakan Mesias oleh mereka yang seharusnya mengenal-Nya. Para pemimpin agama Yahudi menuntut bukti konklusif tentang identitas Yesus, namun mereka sendiri menutup mata terhadap tanda-tanda dan pekerjaan-Nya yang membuktikan bahwa Dialah Mesias yang dijanjikan.

Pertanyaan itu juga menguji iman. Apakah seseorang akan percaya pada Yesus berdasarkan kesaksian-Nya sendiri, ataukah mereka hanya akan percaya jika ada pengakuan publik yang memuaskan para penentang-Nya? Kisah ini mengajarkan kita pentingnya memiliki keyakinan yang teguh pada Yesus Kristus, bahkan ketika dunia di sekitar kita ragu atau menolak-Nya. Ini adalah pengingat bahwa kebenaran Ilahi tidak selalu diterima dengan mudah oleh dunia.

Refleksi Kehidupan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin dihadapkan pada situasi di mana kita perlu menegaskan identitas kita, baik secara pribadi maupun sebagai pengikut Kristus. Terkadang, kita mungkin merasa tertekan untuk membuktikan diri atau memberikan jawaban yang memuaskan semua orang. Namun, teladan Yesus mengajarkan kita untuk tetap tenang, mengandalkan kebenaran, dan memahami bahwa tidak semua orang akan menerima kebenaran, terlepas dari seberapa jelasnya.

Ayat ini juga mengingatkan kita untuk memeriksa hati kita sendiri. Apakah kita mendekati ajaran-ajaran Yesus dengan pikiran yang terbuka, ataukah kita sudah memiliki prasangka yang menghalangi kita untuk menerima-Nya sepenuhnya? Lukas 22:67 adalah lebih dari sekadar pertanyaan; ia adalah ujian atas keyakinan dan keterbukaan hati.