"yaitu keturunan Enos, keturunan Setan, keturunan Adam."
(Simbol silsilah yang mengarah ke masa depan)
Ayat Lukas 3:29 adalah bagian dari silsilah Yesus Kristus yang dicatat dalam Injil Lukas. Meskipun sekilas terlihat seperti daftar nama yang panjang dan mungkin membosankan bagi sebagian orang, ayat ini menyimpan makna teologis yang dalam dan signifikan. Khususnya, penyebutan keturunan Enos, Setan (yang perlu diklarifikasi sebagai Set, leluhur Nuh, bukan iblis), dan Adam, menempatkan Yesus pada akar kemanusiaan dan janji penyelamatan yang telah ada sejak awal sejarah manusia. Ini bukan sekadar daftar keturunan; ini adalah peta silsilah yang membuktikan klaim Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan.
Lukas 3:23-38 menyajikan silsilah Yesus yang dimulai dari Yusuf (yang dianggap ayah Yesus di bumi) dan mundur hingga Adam, bahkan hingga Allah sendiri. Ini berbeda dengan silsilah di Matius yang dimulai dari Abraham. Lukas tampaknya sengaja menarik garis keturunan Yesus hingga ke Adam, untuk menegaskan bahwa Yesus adalah Anak Manusia sejati, mewakili seluruh umat manusia. Penyebutan Enos dan Setan (Set) menyoroti hubungan Yesus dengan tokoh-tokoh penting dalam sejarah awal keselamatan, dimulai dari generasi pertama setelah Adam.
Dalam konteks silsilah yang panjang ini, Lukas 3:29 secara spesifik menyebutkan: "yaitu keturunan Enos, keturunan Setan, keturunan Adam." Penting untuk dicatat bahwa "Setan" dalam teks ini merujuk pada Set, anak ketiga Adam dan Hawa, yang lahir setelah Kain membunuh Habel. Set adalah leluhur garis keturunan yang saleh, yang dari situlah Nuh dan akhirnya Abraham, Daud, dan Yesus berasal. Dengan demikian, penyebutan ini menghubungkan Yesus langsung dengan garis keturunan yang dipercayai membawa benih harapan bagi umat manusia sejak awal penciptaan.
Mengapa Lukas memilih untuk menekankan bagian silsilah ini? Pertama, ini adalah bukti otentik tentang kemanusiaan Yesus. Sebagai keturunan Adam, Ia adalah bagian dari keluarga manusia, mengalami suka dan duka kehidupan yang sama. Ini krusial bagi karya penebusan-Nya. Kedua, penyebutan leluhur penting seperti Set menunjukkan bahwa Yesus adalah bagian dari rencana keselamatan Allah yang telah dimulai sejak awal. Ia bukanlah tokoh yang tiba-tiba muncul, melainkan penggenapan dari janji-janji yang diberikan Allah kepada manusia pertama.
Kelahiran dan pelayanan Yesus, yang ditelusuri melalui silsilah ini, membawa harapan baru bagi seluruh umat manusia. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus mendamaikan manusia dengan Allah, memulihkan hubungan yang telah rusak sejak kejatuhan Adam. Ia menjadi juru damai yang menghubungkan kembali surga dan bumi, mewakili seluruh umat manusia di hadapan Bapa. Ayat ini, meskipun sederhana, adalah pengingat bahwa keselamatan yang ditawarkan Yesus memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan rencana ilahi.
Oleh karena itu, Lukas 3:29 bukan sekadar fakta sejarah, melainkan penegasan iman. Ini adalah pengingat akan janji Allah yang tak pernah gagal, yang bekerja melalui sejarah manusia untuk membawa penebusan. Yesus, yang berasal dari garis keturunan Adam melalui tokoh-tokoh yang saleh seperti Set, adalah harapan bagi kita semua. Ia adalah puncak dari silsilah yang panjang, membawa terang dan kehidupan baru bagi dunia yang terhilang. Melalui Dia, kita semua dapat menemukan kembali tempat kita dalam keluarga besar Allah.