Kisah yang dicatat dalam Lukas 8:47 ini adalah momen yang sarat makna, menggambarkan kekuatan transformatif dari iman seseorang. Fokus kita tertuju pada seorang perempuan yang telah menderita sakit pendarahan selama dua belas tahun, sebuah kondisi yang tidak hanya menyakitkan secara fisik tetapi juga membuatnya terasing dan dianggap najis menurut hukum Taurat pada masa itu. Ia telah menghabiskan seluruh hartanya untuk mencari kesembuhan dari berbagai tabib, namun bukannya membaik, keadaannya justru semakin buruk. Dalam keputusasaan, ia mendengar tentang Yesus dan janji kesembuhan yang terpancar dari kehadiran-Nya. Didorong oleh harapan terakhir, perempuan ini nekat menerobos kerumunan orang banyak yang berdesakan mengelilingi Yesus. Niatnya sederhana namun penuh keyakinan: jika saja ia dapat menyentuh jubah-Nya, ia pasti akan sembuh. Dalam pemikiran spiritualnya, menyentuh jubah Yesus bukanlah sekadar sentuhan fisik, melainkan sebuah transfer kehidupan dan kuasa ilahi yang mampu memulihkan kesehatannya. Tindakannya ini menunjukkan keberanian luar biasa, terutama mengingat statusnya yang dianggap najis. Ia berani mendekat, berisiko dipermalukan atau dikutuk, demi meraih kesembuhan yang begitu ia dambakan. Dan benar saja, seketika sentuhan itu terjadi, ia merasakan kesembuhan yang luar biasa. Perasaan sakit dan kelemahan yang telah bertahun-tahun menggerogoti tubuhnya lenyap seketika. Keajaiban ini bukan hanya tentang penyembuhan fisik semata, tetapi juga pemulihan harga diri dan status sosialnya. Ia kini bebas dari rasa najis dan isolasi yang selama ini membelenggunya. Yesus, yang merasakan ada kuasa keluar dari diri-Nya, bertanya siapa yang menyentuh-Nya. Ketakutan sempat melanda perempuan itu, namun ia akhirnya memberanikan diri untuk maju. Ia tidak lagi bersembunyi. Dengan gemetar namun penuh keyakinan, ia sujud menyembah Yesus dan menceritakan seluruh kisahnya di hadapan semua orang. Pernyataan ini adalah bukti keberanian dan keterbukaan yang luar biasa. Ia tidak hanya mengklaim kesembuhan, tetapi juga mengaitkannya langsung dengan sentuhan pada Yesus. Respon Yesus sangat lembut dan menguatkan: "Anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan sejahtera." Ayat ini mengajarkan kita bahwa iman, dalam bentuk keyakinan yang teguh dan tindakan yang berani, memiliki kekuatan untuk membawa perubahan besar dalam hidup kita, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Imanlah yang menjadi jembatan antara kebutuhan kita dan kasih karunia Tuhan yang tak terbatas.