Lukas 9:45 - Peringatan Tentang Ketidaktahuan

"Tetapi mereka tidak mengerti perkataan itu, dan itu tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya, dan mereka takut bertanya kepada-Nya tentang perkataan itu." (Lukas 9:45)
Kebenaran yang Tersembunyi Membutuhkan hati yang terbuka
Ilustrasi: Pelangi Pemahaman

Ayat Lukas 9:45 ini menghadirkan sebuah realitas yang seringkali kita alami dalam perjalanan spiritual dan pemahaman kita terhadap ajaran-ajaran penting. Para murid, yang telah dipilih dan mengikuti Yesus, meskipun dekat dengan-Nya dan menyaksikan banyak mukjizat, ternyata masih bergumul dengan pemahaman mereka. Ketika Yesus berbicara tentang penderitaan dan kematian-Nya yang akan datang, mereka justru tidak mengerti. Kata "tersembunyi" menunjukkan bahwa kebenaran itu ada, namun mereka tidak mampu menangkapnya. Ini bukan karena kebenaran itu rumit secara inheren, melainkan karena ada hambatan dalam diri mereka sendiri.

Ketakutan untuk bertanya menjadi faktor kunci lainnya. Mereka tidak hanya gagal memahami, tetapi juga merasa enggan atau takut untuk mencari klarifikasi. Ada kemungkinan rasa malu, kebanggaan, atau ketidakpercayaan diri yang mencegah mereka untuk mengungkapkan ketidaktahuan mereka kepada Yesus. Keengganan untuk bertanya ini memperpanjang jurang pemahaman, membuat mereka tetap berada dalam ketidakmengertian.

Pesan Lukas 9:45 memiliki relevansi yang mendalam bagi kehidupan kita saat ini. Seringkali, kita juga bisa berada dalam posisi yang sama dengan para murid. Kita mungkin membaca Alkitab, mendengarkan khotbah, atau terlibat dalam diskusi rohani, namun pada akhirnya kita merasa ada sesuatu yang belum sepenuhnya terserap. Mungkin ada ajaran yang terasa asing, atau kita tidak dapat melihat bagaimana ajaran tersebut berlaku dalam kehidupan sehari-hari.

Keengganan untuk bertanya juga merupakan isu yang relevan. Dalam komunitas iman, seringkali ada kecenderungan untuk berpura-pura mengerti demi menjaga citra atau agar tidak dianggap kurang rohani. Padahal, mengakui ketidakmengertian dan bertanya adalah langkah awal menuju pemahaman yang lebih dalam. Yesus sendiri adalah guru yang sabar dan penuh kasih, siap menjelaskan hal-hal yang sulit sekalipun kepada mereka yang tulus mencari kebenaran.

Memahami ayat ini mendorong kita untuk merenungkan kondisi hati kita. Apakah hati kita terbuka untuk menerima ajaran-ajaran sulit sekalipun? Apakah kita memiliki keberanian untuk mengakui ketidaktahuan kita dan mencari jawaban dari sumber yang benar, baik melalui Firman Tuhan, doa, maupun bertanya kepada orang-orang yang dipercayai? Lukas 9:45 mengingatkan kita bahwa pertumbuhan rohani bukanlah tentang tidak pernah salah paham, melainkan tentang kerelaan untuk terus belajar, membuka hati, dan tidak takut untuk bertanya ketika kebenaran tersembunyi dari pandangan kita.