Markus 11:29 - Permohonan Bijaksana

"Jawab Yesus kepada mereka: "Periksalah segala sesuatu dan peganglah yang baik.""

Ayat Markus 11:29 merupakan sebuah pengajaran yang sangat mendalam dan relevan, terutama di era informasi yang begitu deras seperti sekarang. Dalam konteksnya, Yesus sedang menghadapi para pemimpin agama Yahudi yang menanyai-Nya dengan motif yang penuh tantangan. Mereka ingin menguji otoritas-Nya dengan menanyakan dari mana Ia memperoleh kuasanya. Namun, Yesus, dengan kebijaksanaan ilahi-Nya, tidak langsung memberikan jawaban yang mereka harapkan. Sebaliknya, Ia mengajukan pertanyaan balik mengenai baptisan Yohanes: apakah dari surga atau dari manusia?

Meskipun ayat yang sering dikutip dari perikop ini adalah bagian tentang otoritas, namun pengajaran yang tersirat dari respons Yesus sendiri, dan yang dapat kita tarik dari kalimat "Periksalah segala sesuatu dan peganglah yang baik," adalah sebuah prinsip hidup yang universal. Ayat ini seolah menjadi nasihat dari Sang Guru Agung tentang bagaimana kita seharusnya bersikap dalam menghadapi berbagai macam informasi, ajaran, dan bahkan godaan yang datang silih berganti dalam kehidupan kita.

Di dunia yang penuh dengan beragam pandangan, klaim, dan ideologi, kemampuan untuk berpikir kritis dan menilai secara bijaksana menjadi sangat penting. Kita tidak bisa menerima segala sesuatu begitu saja tanpa adanya proses evaluasi. Yesus mendorong kita untuk memiliki kemampuan analisis. "Periksalah segala sesuatu" berarti kita harus mau untuk melihat, mendengar, mempelajari, dan memahami apa yang disajikan kepada kita. Ini bukan berarti bersikap skeptis secara negatif, melainkan memiliki kemauan untuk menguji kebenaran, keaslian, dan dampaknya.

Proses "memeriksa" ini memerlukan kejujuran intelektual dan keterbukaan hati. Kita perlu membandingkan apa yang kita dengar dengan sumber-sumber yang terpercaya, baik itu Kitab Suci, ajaran yang sehat, maupun akal budi yang telah dianugerahkan Tuhan. Ini juga berarti kita harus belajar membedakan antara hikmat sejati dan kesesatan, antara kebaikan yang membangun dan keburukan yang merusak. Dalam konteks spiritual, ini berarti kita harus menguji setiap roh (1 Yohanes 4:1), memastikan bahwa ajaran yang kita terima sejalan dengan firman Tuhan dan membawa kita semakin dekat kepada-Nya.

Setelah melakukan pemeriksaan, barulah kita sampai pada tahap "peganglah yang baik." Ini adalah inti dari penerimaan dan internalisasi. Yang baik di sini merujuk pada kebenaran, kebaikan, keadilan, kasih, dan segala sesuatu yang mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan dan kebaikan bagi sesama. Ini adalah ajakan untuk tidak hanya mengetahui, tetapi juga mengamalkan, menghidupi, dan mempertahankan apa yang telah terbukti bernilai dan benar. Mengpegang yang baik berarti mengambil keputusan yang sadar untuk menolak hal-hal yang buruk dan merugikan, serta memperkuat komitmen kita pada nilai-nilai luhur.

Ajaran Markus 11:29 ini sangat relevan bagi pertumbuhan iman kita. Dalam perjalanan iman, kita akan bertemu dengan berbagai pengalaman, ajaran, dan bahkan pencobaan. Dengan menerapkan prinsip "periksalah segala sesuatu dan peganglah yang baik," kita dapat terhindar dari ajaran sesat, dapat membuat keputusan yang bijak dalam hidup, dan senantiasa bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. Ini adalah panggilan untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas apa yang kita percayai dan bagaimana kita hidup.