Kisah dari Injil Markus ini bukan sekadar sebuah narasi kuno, melainkan sebuah jendela yang membuka pandangan kita pada kekuatan transformatif yang mampu menghadirkan kehidupan baru dari jurang keputusasaan. Peristiwa ini terjadi pada saat yang paling kritis, ketika seorang gadis muda, putri Yairus, seorang pemimpin rumah ibadat, berada di ambang kematian. Dunia Yairus, yang penuh dengan harapan dan otoritas, tiba-tiba runtuh saat putri kesayangannya terbaring lemah.
Dalam keputusasaan yang mendalam, Yairus mencari Yesus. Perjalanannya mencari Yesus adalah sebuah gambaran tentang kerentanan manusia di hadapan penderitaan. Ia rela merendahkan diri, sujud di kaki Yesus, memohon agar Yesus datang dan meletakkan tangan-Nya pada putri kecilnya agar ia sembuh dan hidup. Perjalanan menuju rumah Yairus diiringi dengan sebuah mukjizat lain, di mana seorang perempuan yang telah berdarah selama dua belas tahun disembuhkan hanya dengan menyentuh jubah Yesus. Peristiwa ini menambah bobot narasi dan menunjukkan bahwa di setiap langkah Yesus, ada anugerah dan penyembuhan yang melimpah.
Ketika Harapan Tampak Hilang
Namun, saat Yesus masih berbicara dengan Yairus, kabar buruk datang: "Anakmu sudah mati, mengapa masih menyusahkan Guru?" Berita ini bisa saja menghancurkan semangat Yairus. Dalam konteks budaya saat itu, kematian adalah akhir yang definitif. Bagi seorang ayah, kehilangan seorang anak adalah pukulan yang sangat berat, apalagi seorang anak perempuan yang di masa depan akan meneruskan garis keturunan. Keputusasaan bisa saja merenggut Yairus sepenuhnya.
Akan tetapi, respon Yesus kepada Yairus menunjukkan inti dari pesan Injil: "Jangan takut, percaya saja." Kata-kata ini adalah jangkar di tengah badai keraguan dan ketakutan. Yesus tidak membiarkan kabar buruk mengalahkan harapan. Ia memilih untuk terus maju, membawa Yairus dan murid-murid-Nya ke rumah duka. Setibanya di sana, Yesus menemukan suasana yang penuh kesedihan dan tangisan. Ia bahkan berkata bahwa anak itu tidak mati, melainkan tidur. Ucapan ini disambut dengan tawa sinis dari mereka yang tidak percaya.
Kebangkitan dan Keheranan yang Luar Biasa
Inilah momen puncak dari ayat Markus 5:42. Setelah membawa serta Petrus, Yakobus, dan Yohanes, Yesus masuk ke ruangan tempat anak itu berbaring. Dengan lembut, Yesus mengambil tangan anak itu dan berkata, "Talita kum," yang berarti "gadis, aku berkata kepadamu, bangunlah." Dan seketika itu juga, gadis itu bangkit berdiri dan berjalan.
Fakta bahwa anak itu "sekaligus bangkit berdiri dan berjalan" adalah bukti tak terbantahkan dari kekuatan ilahi Yesus. Ia tidak hanya membangkitkan dari kematian, tetapi juga memulihkan kekuatannya sehingga ia bisa berfungsi kembali secara normal. Apa yang dianggap final dan tak terhindarkan oleh manusia, di tangan Yesus menjadi awal yang baru. Reaksi keluarga dan semua yang menyaksikan adalah "mereka menjadi sangat heran." Keheranan ini adalah respon yang wajar ketika menyaksikan sesuatu yang melampaui pemahaman manusia, sebuah intervensi ilahi yang mengubah takdir.
Ilustrasi: Simbol penyembuhan dan pemulihan.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa bahkan dalam situasi yang paling gelap sekalipun, harapan tidak pernah benar-benar hilang ketika kita berserah kepada kuasa Yesus. Ia adalah sumber kehidupan yang mampu membalikkan keadaan yang tampaknya mustahil. Keberanian Yairus untuk mencari Yesus di tengah krisis dan keyakinannya bahwa Yesus dapat menolong, menjadi kunci bagi pengalaman mukjizat tersebut. Kisah Markus 5:42 adalah pengingat abadi akan kasih dan kuasa penyembuhan Kristus yang selalu tersedia bagi mereka yang percaya.