Ayat Keluaran 14:23 mengisahkan tentang momen krusial ketika bangsa Israel, yang baru saja melarikan diri dari perbudakan di Mesir, dihadapkan pada Laut Merah. Di belakang mereka, terdengar suara dentuman kereta perang dan derap langkah kuda. Pasukan besar tentara Mesir di bawah pimpinan Firaun mengejar tanpa henti, berniat untuk membawa kembali budak-budak mereka yang berani memberontak. Suasana saat itu tentu dipenuhi ketakutan dan keputusasaan bagi bangsa Israel. Mereka terjebak di antara lautan luas di depan dan musuh yang mengancam di belakang.
Deskripsi "segala kuda raja, keretanya dan orang-orangnya berkuda" menekankan betapa besar dan menakutkannya kekuatan militer Mesir. Ini adalah gambaran visual yang mengerikan, bayangkan debu yang beterbangan, suara besi beradu, dan teriakan perang yang menggema. Bagi manusia biasa, situasi ini tampak tanpa jalan keluar. Lautan terbentang luas, tidak mungkin diseberangi dengan berjalan kaki, sementara di belakang, mala petaka siap menerkam. Ini adalah ujian iman yang luar biasa, sebuah titik di mana pilihan tampaknya hanya antara terbunuh atau kembali ke perbudakan yang mengerikan.
Namun, narasi ilahi tidak berhenti pada gambaran ketakutan ini. Keluaran 14:23 menjadi pengantar untuk salah satu mukjizat terbesar yang tercatat dalam sejarah: pembelahan Laut Merah. Allah berfirman kepada Musa untuk mengangkat tongkatnya dan mengulurkannya ke atas laut. Melalui kuasa-Nya, angin timur yang kuat bertiup sepanjang malam, mengeringkan dasar laut. Tembok air yang luar biasa tercipta di kedua sisi, memungkinkan bangsa Israel menyeberang dengan aman di tanah yang kering. Ini adalah demonstrasi nyata dari kedaulatan Allah atas alam semesta dan janji-Nya untuk melindungi umat pilihan-Nya.
Kisah ini lebih dari sekadar peristiwa sejarah. Ia mengajarkan kita tentang kepercayaan dan ketekunan. Ketika kita menghadapi "lautan" masalah atau "pasukan" kesulitan yang tampak tak terkalahkan, kita diingatkan bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang dapat campur tangan. Ayat ini mendorong kita untuk tidak hanya melihat rintangan yang ada di depan mata, tetapi untuk mencari dan mengandalkan pertolongan ilahi. Pembelahan Laut Merah menjadi simbol harapan, bukti bahwa tidak ada situasi yang terlalu sulit bagi Sang Pencipta. Umat-Nya dapat melangkah maju dengan keberanian, mengetahui bahwa Allah berkuasa untuk membuka jalan, bahkan di tempat yang tampaknya mustahil.
Peristiwa ini juga menunjukkan dampak tindakan yang berani dan keyakinan yang teguh. Bangsa Israel, meskipun ketakutan, taat pada perintah Musa. Ketaatan mereka, dikombinasikan dengan kuasa Allah, menghasilkan kebebasan. Ini adalah pengingat bahwa terkadang, menghadapi kesulitan berarti mengambil langkah iman. Kerap kali, di tengah keputusasaan, ketika kita merasa paling lemah, di situlah intervensi ilahi yang paling kuat dapat terjadi, mengubah situasi yang mengerikan menjadi jalan menuju kemenangan dan pembebasan.