Matius 21:34

"Sesudah itu Ia berkata: Ada seorang tuan tanah membuka kebun anggur, memagarnya berkeliling, menggali tempat pemerasan anggur di dalamnya, dan mendirikan menara penjaga, lalu ia menyewakannya kepada orang-orang Palestin dan pergilah ke luar negeri."
Kebun Anggur Kehidupan

Ilustrasi metaforis kebun anggur sebagai tempat titipan berharga.

Ayat Matius 21:34 ini merupakan permulaan dari sebuah perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus. Perumpamaan ini sangat kaya makna dan sering kali diinterpretasikan dalam berbagai lapisan teologis, terutama terkait dengan hubungan antara Allah, umat-Nya, dan para pemimpin agama.

Dalam konteks perumpamaan ini, sang tuan tanah melambangkan Allah Yang Mahakuasa. Ia adalah pemilik segalanya, pencipta alam semesta, dan sumber segala kehidupan. Tindakannya membuka kebun anggur dan mengurusnya dengan cermat – memagarnya, menggali tempat pemerasan, dan mendirikan menara penjaga – menggambarkan bagaimana Allah telah dengan setia dan penuh kasih mempersiapkan serta memelihara ciptaan-Nya, khususnya bangsa Israel, bagi diri-Nya.

Tindakan memagari dapat diartikan sebagai perlindungan ilahi, memberikan batasan dan keamanan. Penggalian tempat pemerasan anggur melambangkan penyediaan segala sesuatu yang diperlukan untuk menghasilkan buah yang baik dan berharga. Sementara itu, menara penjaga bisa diartikan sebagai peringatan, tuntunan, atau bahkan para nabi yang diutus untuk menjaga agar kebun tersebut tetap terawat dan menghasilkan.

Selanjutnya, sang tuan tanah menyewakannya kepada orang-orang Palestin dan pergilah ke luar negeri. Dalam penafsiran Kristen, "orang-orang Palestin" ini sering kali diidentikkan dengan para pemimpin agama pada zaman Yesus, seperti para imam kepala dan orang Farisi, yang dipercayakan untuk mengurus umat Allah dan melayani mereka. Pergi "ke luar negeri" menunjukkan bahwa tuan tanah memberikan kepercayaan dan otoritas kepada para penyewa untuk mengelola kebunnya, sementara ia menunggu hasil panen.

Perumpamaan ini berlanjut dengan pengiriman hamba-hamba tuan tanah untuk mengambil bagian dari hasil kebun, yang kemudian diperlakukan dengan buruk oleh para penyewa. Hal ini menggambarkan bagaimana para pemimpin agama pada masa itu sering kali menolak para nabi yang diutus oleh Allah, bahkan membunuh mereka. Puncak dari perumpamaan ini adalah pengutusan anak sang tuan tanah sendiri, yang juga dibunuh oleh para penyewa dengan harapan bahwa warisan itu akan menjadi milik mereka.

Ayat Matius 21:34 ini memberikan fondasi penting untuk memahami tanggung jawab yang diberikan oleh Allah kepada umat-Nya, khususnya mereka yang diberi tugas kepemimpinan. Ini adalah pengingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki, termasuk talenta dan kesempatan, adalah titipan dari Sang Pemilik Sejati. Kita dipanggil untuk mengelola dan mempersembahkan buah yang terbaik bagi kemuliaan-Nya.

Penekanan pada kebun anggur sebagai metafora yang mendalam mengingatkan kita akan keseriusan tugas dan akuntabilitas yang akan diminta. Sebagaimana tuan tanah mengharapkan hasil dari kebunnya, demikian pula Allah mengharapkan umat-Nya untuk menghasilkan buah pertobatan, kasih, keadilan, dan kebenaran. Kegagalan dalam memenuhi tanggung jawab ini membawa konsekuensi yang serius, seperti yang diungkapkan dalam kelanjutan perumpamaan ini.

Dengan demikian, Matius 21:34 bukan sekadar narasi tentang perkebunan, melainkan sebuah perumpamaan ilahi yang menyoroti inti dari perjanjian Allah dengan umat-Nya dan harapan-Nya akan kesetiaan serta buah yang dihasilkan.