"Tetapi anak-anak itu mereka bunuh, yang seorang mereka seusuk, yang lain mereka bunuh."
Ayat Matius 21:37 merupakan sebuah kutipan yang tegas dan penuh makna dari perumpamaan Yesus tentang tuan kebun anggur yang jahat. Dalam perumpamaan ini, Yesus menggambarkan bagaimana Allah, sang pemilik kebun anggur, telah melakukan segala upaya untuk merawat kebun-Nya yang subur. Ia telah menyewakannya kepada beberapa penggarap, yang sejatinya adalah para pemimpin agama pada masa itu, dengan harapan mereka akan mengelola dan menghasilkan buah yang baik. Namun, alih-alih memenuhi harapan Sang Pemilik, para penggarap ini menunjukkan sikap keserakahan, pengabaian, dan penolakan terhadap hak Sang Pemilik.
Pesan dari ayat ini sangatlah tajam. Ketika sang pemilik kebun mengirimkan hamba-hambanya untuk menagih hasil kebun, para penggarap ini malah memperlakukan mereka dengan buruk—memukuli, merajam, dan membunuh. Puncak kekejaman ini terjadi ketika sang pemilik memutuskan untuk mengirimkan anaknya sendiri, sang pewaris yang sah. Ia berpikir, "Tentu mereka akan menghormati anakku." Namun, ironisnya, para penggarap itu justru melihat anak itu sebagai ancaman terhadap klaim mereka atas kebun anggur. Dalam pikiran jahat mereka, jika mereka membunuh pewaris, maka seluruh kepemilikan dan hasil panen akan menjadi milik mereka. Inilah yang digambarkan dalam Matius 21:37: mereka membunuh pewaris.
Renungan dari Matius 21:37 tidak hanya sekadar sebuah narasi historis, tetapi juga sebuah peringatan kuat tentang konsekuensi dari penolakan dan ketidaktaatan terhadap kehendak ilahi. Para penggarap dalam perumpamaan ini mewakili mereka yang menyalahgunakan kepercayaan, menolak otoritas yang lebih tinggi, dan akhirnya berhadapan dengan murka dari Sang Pemilik yang sah. Tindakan mereka bukan hanya kejahatan terhadap hamba-hamba, tetapi merupakan pemberontakan langsung terhadap hak ilahi.
Kisah ini mengajarkan kita pentingnya mengakui dan menghormati sumber dari segala berkat dan kehidupan. Sang Pewaris, yang merujuk kepada Yesus Kristus, datang untuk menegakkan kebenaran dan mengklaim hak-Nya yang sah. Penolakan terhadap-Nya adalah penolakan terhadap rencana keselamatan Allah. Ayat ini, meskipun terdengar keras, sebenarnya adalah bagian dari sebuah pengajaran yang lebih luas tentang penghakiman yang akan datang bagi mereka yang secara sengaja menolak kebenaran dan kasih Allah yang telah diungkapkan melalui Anak-Nya.
Matius 21:37 memanggil setiap individu untuk merefleksikan sikap hati mereka. Apakah kita termasuk orang yang menerima Sang Pewaris dengan sukacita, ataukah kita, seperti para penggarap dalam perumpamaan, berusaha menyingkirkan pengaruh ilahi dari kehidupan kita demi keuntungan pribadi? Perumpamaan ini mengingatkan kita bahwa keadilan ilahi akan ditegakkan, dan tanggung jawab atas penolakan serta kekerasan akan dimintai pertanggungjawaban. Mari kita sambut Sang Pewaris dengan hati yang terbuka dan taat, agar kita dapat menjadi bagian dari kebun anggur yang subur dan diberkati oleh Sang Pemilik.