Matius 23:19 - Kebodohan dan Kesia-siaan

"Hai kamu orang-orang munafik, hai orang-orang bodoh! Betapa butanya hatimu. Sebab apa yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu?"

Ayat Matius 23:19 merupakan salah satu teguran keras Yesus kepada para pemimpin agama pada zamannya, yaitu orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini merupakan bagian dari serangkaian tujuh celahaan yang diucapkan Yesus kepada mereka yang hanya terlihat saleh di luar namun hati dan pikiran mereka dipenuhi kesombongan, kemunafikan, dan ketidakpedulian terhadap hal-hal yang rohani. Yesus dengan tegas menyebut mereka sebagai "orang-orang munafik" dan "orang-orang bodoh" karena cara mereka memandang dan memprioritaskan nilai-nilai duniawi di atas kebenaran ilahi.

Teguran ini sangat relevan karena menyoroti sebuah kecenderungan manusia yang universal: kecenderungan untuk terjebak dalam ritual dan benda-benda lahiriah, lalu melupakan esensi spiritual yang sebenarnya. Yesus menggunakan perumpamaan tentang emas dan Bait Suci untuk ilustrasi yang sangat tajam. Para Farisi dan ahli Taurat begitu bangga dengan kekayaan dan benda-benda berharga yang ada di Bait Suci, bahkan mereka sangat bersemangat untuk bersumpah atas nama emas tersebut. Namun, Yesus mengingatkan mereka bahwa emas itu sendiri tidak memiliki nilai intrinsik yang tinggi jika dibandingkan dengan Bait Suci yang menjadi rumah Allah.

Bait Suci, dalam konteks ini, melambangkan kehadiran Allah dan kekudusan-Nya. Semua yang ada di dalamnya, termasuk emas yang berlimpah, mendapatkan nilai dan kekudusannya justru karena keberadaan Allah di sana. Dengan kata lain, Bait Suci yang menguduskan emas itu. Jika seseorang bersumpah atas nama emas dan menganggapnya suci, padahal emas itu baru memiliki kesucian karena Bait Suci, maka itu menunjukkan kebodohan dan kegagalan berpikir secara rohani. Prioritas mereka terbalik. Mereka mengagungkan sesuatu yang lebih rendah nilainya, dan mengabaikan sumber dari segala nilai kekudusan itu sendiri.

Relevansi Matius 23:19 bagi kehidupan kita saat ini sangat mendalam. Seringkali, kita juga terjebak dalam hal-hal yang bersifat lahiriah dan duniawi. Kita bisa saja sangat peduli dengan penampilan luar, status sosial, kekayaan materi, atau bahkan kehebatan ritual keagamaan kita. Namun, kita mungkin melupakan hal yang paling penting: hubungan yang tulus dengan Tuhan, kekudusan hati, kasih kepada sesama, dan integritas dalam segala aspek kehidupan. Sama seperti para Farisi yang fokus pada emas, kita bisa saja menjadi "budak" dari hal-hal yang sebenarnya hanya merupakan refleksi dari nilai yang lebih tinggi.

Yesus ingin kita memiliki perspektif yang benar tentang apa yang benar-benar bernilai. Dia mengajarkan bahwa yang terpenting bukanlah seberapa besar emas yang kita miliki, atau seberapa mengesankannya ritual yang kita lakukan, tetapi seberapa murnik hati kita, seberapa dekat hubungan kita dengan Sumber segala kekudusan, dan seberapa besar kasih kita kepada Tuhan dan sesama. Ayat ini menjadi pengingat yang kuat agar kita terus menerus memeriksa hati kita, agar tidak menjadi orang-orang yang bodoh secara rohani, yang mengagungkan bayangan dan melupakan kenyataan yang sesungguhnya. Marilah kita fokus pada apa yang menguduskan kita, yaitu kebenaran firman Tuhan dan hadirat-Nya dalam hidup kita, bukan pada segala sesuatu yang bersifat sementara dan fana.